Miyaz melarikan diri ke kampung halamannya. Dia sendiri yang meminta kedua sahabatnya untuk merahasiakan keberadaannya.
Saat pertama kali datang, ibunya langsung menyambutnya dengan pelukan. Tanpa bertanya apapun. Namun dilihat dari kondisi putrinya yang pucat dan sayu, jelas anaknya tidak baik-baik saja.
Ikatan batin antara ibu dan anak memang kuat. Miyaz menangis dalam pelukan wanita yang melahirkannya itu.
Ibunya adalah satu-satunya tempatnya mengadu. Pengkhianatan yang menyakitkan bahkan membuatnya hampir kehilangan anaknya.
"Kamu anak Mama yang paling kuat, Miyaz."
Hanya kalimat sederhana namun bisa membuat Miyaz makin sesegukan.
"Ma... Miyaz nggak kuat. Miyaz nggak bisa lagi bertahan."
Ibunya menepuk punggungnya.
"Jika memang sudah terlalu sesak, tak apa dilepaskan. Kamu harus kembali bernapas."
Benar, tapi apakah perpisahan adalah jalan terbaik untuknya? Lalu bagaimana dengan anaknya? Sebagai anak yang tumbuh tanpa sosok ayah, Miyaz paham betul bagaimana perasaan itu.
Ada saat di mana dia ingin seperti anak-anak lain yang memiliki keluarga utuh. Ingin digendong ayahnya dan bersenda gurau dengannya.
Kini Miyaz sudah tidak bisa egois dan memikirkan kebahagiaannya sendiri.
"Jangan memikirkannya sekarang. Pikirkan saat kamu benar-benar tenang. Entah apapun keputusan kamu, Mama akan selalu mendukungmu."
Bagaimana bisa Miyaz tidak memikirkannya, setiap waktu dia selalu teringat pria itu. Terutama bayangan saat Zaigham bersama Jihan.
Jika dia memang kembali bersama Zaigham, Miyaz tidak yakin dirinya bisa melupakan bayang-bayang itu. Dan sampai akhir, bayangan itu memang akan selalu menghantuinya.
Miyaz menjalani masa pemulihan di rumah masa kecilnya. Rumah di mana dia dibesarkan dan tumbuh tanpa seorang ayah. Dan mungkin sebentar lagi di rumah ini pula dia akan membesarkan anaknya seorang diri tanpa sosok ayah.
Namun di hari berikutnya dia justru mendengar kabar bahwa Zaigham telah mengundurkan diri sebagai anggota DPR juga partainya.
Apa pria itu memang sengaja melepas semuanya demi dirinya?
Tapi Miyaz tak ingin percaya. Kecewanya telah begitu dalam. Terlalu sulit bagi mereka untuk kembali bersama. Tak hanya kepercayaannya yang telah dirusak, Miyaz juga sudah tak sanggup lagi berjuang mendapat restu mertuanya. Apalagi mertuanya sendiri yang sengaja mendatangkan orang ketiga diantara dirinya dan Zaigham.
Memang satu-satunya jalan bagi mereka hanyalah perpisahan.
Miyaz menatap deburan ombak di depannya yang menyapu kakinya dengan halus.Pantai memang adalah tempat terbaik untuk melepas segala penatnya. Dia memejamkan mata. Berharap sapuan ombak turut membawa segala gelisahnya. Namun saat dia sedang menikmati lamuannya, seseorang memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Zone
RomanceMiyaz Damara adalah nama yang tak asing bagi penduduk negeri ini. Artis cantik yang sarat akan sensasi. Tiap gerak-geriknya selalu mengundang kehebohan. Berbanding terbalik dengan Miyaz yang sering mendapat cibiran, Zaigham, adalah seorang politikus...