Epilog

4.9K 217 12
                                    

Minggu demi minggu telah berlalu. Bulan demi bulah telah berganti dengan yang baru. Tinggal menghitung hari lagi Miyaz akan melahirkan. Itu artinya Zaigham harus lebih giat mencari uang.

Seperti kesungguhannya sejak awal untuk terlepas dari jeratan orang tuanya, Zaigham membangun usahanya dari nol. Dia benar-benar telah melepas semua kerja kerasnya selama menjabat di perusahaan ayahnya.

Ibunya memang sengaja menarik semua fasilitas Zaigham termasuk rumah karena berniat membuat Zaigham jera. Namun tampaknya hal itu tidak berhasil, Zaigham dengan gigih ingin berjuang sendiri.

Walau hal itu juga tak semudah yang dibayangkannya. Semua tabungannya selama ini dia putar untuk menjadi modal usaha. Beruntung, Zaigham memang telah mempersiapkan hal itu sejak awal. Dia membangun bisnis properti yang selama ini menjadi selingannya.

Dua bulan awal tampak tak begitu berasa, namun kini kesulitannya menjadi lebih berat.

Klien yang dulu bekerjasama dengannya banyak yang mundur. Alasan mereka jelas karena pengaruh ayah Zaigham. Para pengusaha itu dijanjikan mendapat investasi besar jika mereka membatalkan kontrak dengan Zaigham.

Kenalan-kenalannya di dunia bisnis juga mendadak sulit dihubungi. Tapi Zaigham tak akan menyerah, dia harus berjuang demi memberikan kehidupan yang baik untuk anak dan istrinya.

Miyaz tidak mengeluh ketika mereka berpindah ke rumah yang lebih kecil. Wanita itu justru memberinya dukungan.

"Aku tidak akan mengeluh, asal kamu selalu menjaga kepercayaanku," hanya kalimat itu yang Miyaz lontarkan ketika Zaigham bertanya apa wanita itu menyesal hidup bersamanya.

Zaigham tak bisa lagi membelikan banyak tas mewah nan mahal yang selalu menjadi incaran Miyaz. Dia tak bisa lagi memenuhi jiwa hedonis istrinya. Tapi Miyaz tetap menggenggam erat tangannya.

Sedangkan ibunda Zaigham mengira jika anaknya tak akan sanggup bertahan tanpa fasilitas darinya. Nyatanya sudah tiga bulan berlalu, Zaigham tidak berkunjung ke rumahnya sama sekali.

Berdasarkan informasi yang dia dapat, Zaigham tinggal di perumahan sederhana. Wanita itu langsung menghela napas melihat hunian sang putra dan menantunya.

Miyaz juga tak menyangka jika mertuanya akan berkunjung. Sudah lama mereka tidak bertemu.

"Kamu akan menjadi ibu, nanti kamu pasti juga akan tahu bagaimana rasanya jika anakmu menjadi durhaka hanya karena wanita pilihannya."

Miyaz memegangi perutnya, "Saya tidak pernah meminta Zaigham memilih saya. Dia juga tidak akan meninggalkan Mami tanpa sebab."

"Bujuk Zaigham untuk kembali ke rumah. Saya sedang memberimu penawaran."

"Lalu Mami akan kembali memisahkan kami?"

"Memang kamu rela melihat Zaigham mengemis pada tiap kenalannya untuk investasi? Kamu yang membuat anak saya sengsara."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marriage ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang