29. Janji yang Mereka Buat

2.5K 173 10
                                    

Miyaz tahu kehadiran Jihan dalam rumah tangganya dengan Zaigham adalah skenario yang telah direncanakan oleh mertuanya.

Wanita paruh baya itu akan merasa senang jika mendengar ada pertengkaran antara Miyaz dan Zaigham, apalagi sampai perpisahan.

Jadi bukannya lari, Miyaz maju mendekati dua orang manusia yang katanya pernah atau bahkan masih saling mencintai itu.

"Jangan menciptakan hal yang bisa membuat orang salah paham, sebab kalian yang akan dirugikan jika ada isu perselingkuhan menyebar," ujar Miyaz tanpa ketakutan sama sekali untuk memberi peringatan calon pelakor di depannya itu.

Jihan tersenyum miring padanya, "Rumor itu juga akan sangat merugikan kamu, sebab kamu yang akan banyak kehilangan."

Kali ini Miyaz baru percaya jika memang ada pelakor yang benar-benar tidak tahu diri. Mengibarkan perang dengan terang-terangan. Tampaknya wanita ini tidak tahu siapa Miyaz Damara, kegilaanya bahkan tak bisa ditebak oleh nalar.

"Sayangnya aku tidak akan pernah melepas apapun yang menjadi milikku, jadi silakan jika memang ingin menjadi bayang-bayang selamanya."

Zaigham yang menjadi pusat permasalahan di antara mereka lantas menyela, "Sayang, aku akan jelaskan semuanya padamu."

Lalu Miyaz menatap pria yang tampak begitu ragu untuk memihak dirinya ataukan mantan terindahnya itu.

"Selesaikan dulu apa masalahmu dengan wanita ini agar masalah kita juga selesai. Ah, tentu saja kalian harus berbicara di depanku."

Lalu Zaigham menyelesaikan permasalahannya dengan Jihan. Tampaknya Jihan tersinggung atas ucapan Zaigham jika wanita itu sengaja masuk ke partai Zaigham hanya untuk mendapat simpatinya kembali.

Tapi Miyaz ragu dengan pembicaraan mereka. Tidak mungkin hanya karena itu Jihan bisa marah. Pasti ada pembahasan lain misalnya masa lalu yang sengaja Zaigham sembunyikan darinya.

Kemudian saat Jihan meninggalkan ruangan Zaigham, pria itu kembali menjelaskan pada Miyaz.

"Aku tidak tahu jika Jihan kini berada di dalam partaiku. Aku kira saat dia ingin membantu, hanya sekadar koalisi. Tapi dia masuk menjadi bagian dari partaiku."

Miyaz tidak menyela sedikitpun apa yang Zaigham katakan. Dia ingin pria itu berkata semuanya, entah kejujuran atau kebohongan. Sebab Miyaz juga ingin tahu sejauh mana Zaigham menipunya jika hal itu hanya untuk menutupi kesalahan.

"Tentang hal yang kamu lihat tadi, tolong jangan salah paham. Aku hanya menegaskan bahwa kami hanya bisa menjadi rekan kerja. Aku bilang, aku sudah tidak mencintainya."

Benar, ada pembahasan tentang masa lalu ternyata.

Tapi Zaigham tidak menjelaskan mengapa Jihan menangis, juga saat pria itu berusaha menahan Jihan untuk meminta maaf.

Minta maaf untuk apa? Meminta maaf telah menikahi Miyaz dan meninggalkan Jihan?

"Kamu mengerti kan Sayang? Aku berkata yang sebenarnya," lanjut Zaigham.

Miyaz mengangguk, walau sebenarnya masih ingin bertanya banyak hal lagi, walau masih ragu apakah ucapan Zaigham kebenaran ataukah kebohongan.

"Tolong jangan hanya diam, Miyaz. Maki aku jika masih ada yang mengganjal di hatimu. Jangan diamkan aku seperti ini, karena sangat menyiksaku."

"Aku percaya padamu."

Hanya itu yang bisa Miyaz katakan sebelum Zaigham membawanya dalam dekapan.

Benar, dia memang harus percaya pada suaminya. Karena meninggalkan pria ini hanya akan menjadi hadiah besar bagi Jihan dan ibu mertuanya.

Marriage ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang