23. Memilihmu

3.6K 200 23
                                    

Miyaz hanya dapat mendengus kesal menatap jam di ruang tamu yang telah menunjukkan pukul dua dini hari.

Zaigham tidak pulang, tapi bukan karena pria itu punya simpanan atau gundik, melainkan karena sang mertua Miyaz yang minta diantar pulang usai syok berat mendapati anak dan menantunya melakukan hal 'itu' di kantor.

Ya, memang ulah Miyaz semua ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah sangat kesal mendengar Zaigham terus disodorkan pada wanita lain. Jadi dia hanya memberikan penegasan jika pria itu hanya miliknya. Eh malah sang mami yang jantungan.

Miyaz sendiri tak diizinkan untuk ikut mengantar, sang mertua sepertinya ingin kembali memonopoli Zaigham.

Jadi yang dilakukan Miyaz hanya menunggu dengan dongkol kepulangan Zaigham hingga ia tak bisa tidur.

Di sisi lain, dugaan Miyaz benar terjadi. Mami Zaigham tak mengizinkan anaknya untuk pulang.

"Mi, kalau Mami merasa masih sakit lebih baik saya panggilkan dokter. Bisa bahaya kalau di diamkan."

Maminya mendengus, "Kamu kan tahu Gam apa penyebab Mami seperti ini. Kalau kamu ingin Mami sembuh, bukan dokter yang bisa mengobati, melainkan tinggalkan istrimu."

"Mi..."

"Kamu dulu janji nggak akan lama menikahinya. Tapi sekarang apa? Kamu malah tidur dengannya, bagaimana kalau dia hamil dan menggunakan hal itu agar tidak diceraikan?"

Zaigham pun mulai jengah pada ibunya. Bukannya dia ingin durhaka, tapi meninggalkan Miyaz juga bukan pilihan yang baik.

"Saya tidak akan menceraikan Miyaz Mi, tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun."

"Gam, dia tidak baik buat kamu!"

"Apa yang dilakukan Miyaz hingga Mami begitu membencinya? Dia tidak pernah melakukan kesalahan."

"Tidak pernah katamu? Kamu benar-benar dibutakan oleh cinta ya Gam? Kalakuan dia itu semuanya salah. Istrimu itu problematik!"

"Saya awalnya juga mengira seperti Mami, tapi sekarang saya tahu bahwa Miyaz melakukannya bukan tanpa alasan. Dia hanyalah korban dari masalah yang terjadi."

Mami Zaigham tak bisa lagi menerima jika sang putra terus membantah ucapannya. Dia memegang dadanya. Putra yang dia besarkan selama ini telah berani menentangnya, dan itu karena pengaruh Miyaz Damara.

"Sudahlah, Mami lelah. Kamu tidur di sini malam ini. Kita bicara lagi besok pagi saat Mami sudah sehat dan pikiranmu jernih."

Namun Zaigham tak menuruti kata ibunya. Pukul 3 pagi saat semua orang telah terlelap Zaigham pulang ke rumahnya dan Miyaz.

Tapi dia tidak menyangka Miyaz akan menunggunya di ruang tamu hingga ketiduran. Wanita itu sepertinya tampak kelelahan. Zaigham tak ingin membangunkannya atau menggendongnya untuk pindah, sebab itu hanya akan membuat tidur Miyaz terusik.

Jadi yang dia lakukan adalah turut bergabung di sofa itu dan memeluk istrinya erat.

Sedangkan Miyaz masih tak percaya dan menganggap mimpi bahwa semalaman dia memeluk Zaigham. Usai mengerjab berkali-kali barulah dia sadar jika suaminya itu memang menemaninya tidur, entah sejak kapan.

"Good Morning," sapa Miyaz saat Zaigham menggeliat. Pria itu juga memberikan lengan kirinya sebagai bantal untuk Miyaz.

"Morning," balasnya dan mendaratkan kecupan manis di dahi Miyaz. Bukan beranjak, mereka mengeratkan pelukan satu sama lain.

"Kamu pulang jam berapa?"

"Heeem, tiga mungkin?"

"Kondisi Mami gimana? Dia kaget karena aku ya?"

Marriage ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang