10 - Kabur

2.3K 195 8
                                    

Hari yang tidak Zaigham tunggu-tunggu, bahkan tidak dia inginkan akan datang, pada akhirnya tiba juga. Hari di mana ia dan Miyaz akan menikah.

Sepanjang pagi ini tak terhitung berapa kali Zaigham mencubit dirinya sendiri. Berharap semua ini mimpi.

Juga sudah ratusan kali dia menghembuskan napasnya frustasi. Tapi pada akhrinya ini memang kenyataan yang tidak bisa dia hindari.

Zaigham sudah memakai tuxedo hitamnya. Berkutat di depan cermin kamar hotelnya.

Para groomsmen yang tak lain adalah sahabatnya juga berada di kamar Zaigham. Begitu mereka melihat Zaigham, kedelapan temannya kompak tepuk tangan.

"Widih, cakep banget yang mau belah duren ntar malem," celetuk Bian yang bulan lalu baru saja menjadi suami. Karena celetukan Bian itu, Mario yang masih setia jomblo pun menimpali.

"Yang mentang-mentang pengantin baru, omongan si Bian belah duren aja," ujar Mario.

"Tauk, mana pelit banget suruh ngenalin ke adek iparnya," timpal James yang sama jomblonya dengan Mario. James sebenarnya juga mempunyai wish list untuk menikah tahun ini, tapi masih belum mendapatkan pasangan. Maka dia dengan gencar memepet semua kenalan yang ada, termasuk adik ipar Bian yang baru lulus kuliah.

"Yee.. lu mau jadi pedo? Dia masih kecil," sahut Bian tak terima adiknya dipepet sahabatnya.

"Lulus kuliah udah nggak kecil lagi ya, malah pas banget dapet pria matang seperti gue," jawab James dengan bangga.

"Congor lo mateng, 22 sama 37 beda jauh bos. Mau dipanggil Om-om lo?" Bahkan saking kesalnya Bian hingga memelototi James.

Seketika Zaigham tersedak. Ingat panggilan Miyaz padanya. Jadi Zaigham sudah setua itu ya?

"Umur bukan masalah, lihat nih Zaigham beda sepuluh tahun kan sama istrinya?" James tak lelah membela diri. Sangat percaya bahwa dia tidak setua itu dan masih bisa mendapatkan gadis kinyis-kinyis.

Lalu semuanya menatap Zaigham.

"Apa?" tanya pria itu balik.

"Mujur juga ya lo dapet artis cantik dan muda kayak Miyaz," celetuk Mario.

"Bersyukur lo Gam, coba kalau nggak ikut ke pesta bujangnya Bian, masih bingung lo nyari bini kayak gue," ujar James.

Tapi Zaigham tidak terima, malah dia menjadi sial karena datang ke klub itu.
"Justru kalian yang harus bayar denda ke gue. Gara-gara kalian gue terjebak sama itu cewek. Kalau bisa ngulang waktu, gue nggak bakal datang malam itu."

"Punya mulut dijaga Gam. Emang kalau nggak sama Miyaz lo mau ngarepin siapa lagi? Jihan? Dia udah balik ke Aussie lagi."

Zaigham mengerjap, dari mana James tahu hal itu? Bukahkah kemarin Zaigham lihat Jihan akan mengurus perceraiannya?

Yang lain pun bertanya dari mana James mengetahui informasi tersebut.

"Yailah, kenalan gue di mana-mana. Pacarnya Vladimir Putin juga gue kenal," sombong James.

"Ya tinggal nunggu lo dikirimin nuklir aja kalau gitu," celetuk Tendra.

"Sialan."

Lagi-lagi ucapan James berhasil membuat Zaigham melamun. Perasaan tidak enak itu merayapi hatinya lagi. Bahkan sampai acara hampir dimulai, pikiran Zaigham tidak ada di tempatnya.

Memikirkan apakah Jihan jadi bercerai atau tidak. Jika wanita itu kembali ke Australia, bukankah tandanya dia balikan dengan suaminya?

'Memang apa yang kamu harapkan Zaigham? Sebentar lagi kamu akan menikah dan menjadi suami orang. Tidak mungkin kabur dari pernikahan ini dan menyusul Jihan kan?' Bisik kata batin Zaigham.

Marriage ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang