Ekstra Part 2

5.2K 156 15
                                    

Miyaz merasa sangat gerah pagi ini. Belum lagi moodnya yang jadi naik turun. Efek kandungannya yang semakin tua, perasaannya juga jadi gampang emosi dan gelisah.

Miyaz tidak melihat Zaigham di mana pun, membuatnya pergi tanpa pamitan kembali bikin Miyaz kesal.

Entah mengapa Miyaz juga jadi menempel terus pada pria itu. Tidak lihat Zaigham sebentar saja sudah membuat pikirannya berpikir macam-macam. Lalu dia dengar langkah kaki dari taman belakang.

"Kamu dari mana?"

"Hai?"

"Kamu dari mana Gam?"

"Kamu udah bangun?" tanya Zaigham balik.

"Ck, aku tanya kamu, kenapa kamu tanya balik?" Decak Miyaz, Zaigham tertawa kecil.

"Maaf aku nggak pamit, baru nyiram bunga di taman belakang" tangan Zaigham merapikan rambut istrinya yang berantakan.

"Itu kan tugasnya Mamang?"

"Mamang kan kemarin pamit buat cuti. Kamu lupa?"

Miyaz berdecak lagi, Zaigham yang tahu istrinya merajuk lantas mendekat.

"Maaf ya, lain kali aku pamit dulu" dia peluk istrinya yang kecil tersebut. Wanita yang dia cintai dan sedang membawa malaikat hatinya.

"Kalau sampai lupa nggak pamit lagi, aku hukum kamu"

"Kok gitu?"

"Ya habisnya aku kesel, kan udah aku bilang jangan jauh-jauh" bibir Miyaz mengerucut, ingin Zaigham kecup sampai habis. Tapi dia masih menahan diri.

"Aku nggak bakal ninggalin kamu"

"Tapi Mami kamu bisa buat kamu ninggalin aku"

"Kok ngomong gitu?"

"Nggak tahu, tiba-tiba kepikiran aja"

Zaigham mengecup kepala istrinya, lalu Miyaz mendongak. Minta bibirnya yang dikecup. Zaigham tersenyum singkat, kemudian menurutinya. Dia suka Miyaz yang kalem dan mode manja seperti ini. Bukan jahil sebagaimana biasanya yang selalu berhasil membuatnya menahan emosi.

"Gam, kata dokter kalau udah trimester ketiga itu harus sering-sering 'berkunjung',"

Zaigham mengerutkan alisnya, "Maksudnya?"

Miyaz berdecak, punya suami tidak peka itu sangat amat menjengkelkan. Masa Miyaz harus mengungkapkan secara gamblang kalau dia 'ingin'?

"Ck, anak kamu kangen!"

Barulah Zaigham tersenyum dan paham. "Anaknya apa ibunya?"

Miyaz menggigit bibir. Keinginannya sudah diujung tapi Zaigham masih saja menggodanya.

"Gam..." tangan Miyaz merambat di dada suaminya yang hanya terlapis kain tipis.

"Ke kamar ya?" Tawar Zaigham. Miyaz menggeleng.

"ART kita kan sedang libur, kamu nggak mau mencoba sesuatu yang baru?"

"Hem?"

"Di dapur... meja makan juga kita belum pernah Gam"

Kalau saja Zaigham tidak merasakannya secara langsung, mungkin dia tidak akan percaya bahwa dulunya Miyaz adalah perawan. Pikirannya yang liar dan mulutnya yang selalu tak terduga itu sama sekali bukan kelakuan gadis polos.

Miyaz memang terlalu banyak teori, praktiknya yang nol. Makanya dengan Zaigham dia ingin mencoba segalanya. Untuk pertama kali dan mungkin selamanya.

"Di sini nggak nyaman, kasian anak kita"

Marriage ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang