Mood Miyaz yang naik turun itu berlanjut sampai beberapa hari. Kadang melihat Zaigham dia jadi kesal sendiri. Saat pria itu sedang menyeruput kopinya, Miyaz tiba-tiba berpikiran untuk memasukkan lima sendok garam ke dalamnya. Atau saat pria itu sedang mandi, Miyaz ingin mengunci pintunya dari luar.
Pokoknya tiap berdekatan dengan Zaigham selalu muncul ide-ide aneh untuk mengerjai pria itu. Namun saat pria itu tidak ada, dia yang justru rindu berat.
Pagi ini Miyaz bangun agak siang jadi tak menemukan Zaigham di sisinya karena pria itu sudah berangkat ke kantor. Lalu saat ke kamar mandi dia lihat bekas alat cukur kumis Zaigham, dirinya pun makin emosi.
"Kamu udah bangun?" tanya Zaigham pertama kali usai mengangkat panggilan dari istrinya.
"Kamu tadi cukuran?" tanya Miyaz balik.
"Y-ya?"
"Aku tanya, tadi kamu cukur kumis sendiri?"
Zaigham mengernyit, "Iya lah, kan emang biasanya sendiri?" Tidak ada yang salah kan? Tapi kenapa Miyaz marah?
"Gam, kamu nggak inget apa permintaan aku semalem? Aku yang bakal cukur kumis kamu!"
"Miyaz, kan kamu lagi tidur tadi."
"Kan kamu bisa bangunin aku!"
"Ya sudah maaf, lain kali kamu yang nyukur kumis aku."
"Nggak mau, aku pengen nyukur sekarang! Kamu pulang."
"Aku tahu kita sepakat untuk hidup normal seperti pasangan lainnya Miyaz, tapi mana ada kehidupan normal yang istrinya minta sang suami pulang gara-gara nyukur kumis? Kamu jangan bikin saya pusing!"
Usai Zaigham mengatakan itu, dia kira Miyaz akan balik membantahnya dengan omelan lain. Tapi yang Zaigham dengar selanjutnya malah isak tangis. Jelas Zaigham bingung.
"Miyaz, kamu menangis?"
Dan tiba-tiba Miyaz mematikan panggilan. Zaigham makin keheranan menatap ponselnya sendiri. Hal itu tidak luput dari perhatian sekretarisnya.
"Wanita emang suka gitu Pak, keinginannnya sulit di tebak."
"Ya, tapi nggak separah istri saya," ujar Zaigham dengan napas beratnya seolah menanggung beban yang begitu berat di pundaknya.
"Memang istri Bapak minta apa sampai frustasi begitu saya lihat."
"Entahlah dia aneh sejak kemarin. Minta gulai kepala kambing utuh, lalu sekarang menyuruh saya pulang gara-gara saya nyukur kumis. Tidak tahu setelah ini apa lagi yang dia minta."
Sang sekretaris mengangguk-angguk, "Sudah berapa bulan kandungan Bu Miyaz, Pak?"
Zaigham jelas kaget lah mendengar jawaban sekretarisnya. Dia tidak membahas kehamilan sama sekali malah ditanya seperti itu.
"Kamu kenapa bahas kandungan? Saya tidak membahas masalah kehamilan. Istri saya juga tidak hamil."
Sang sekretaris juga heran, "Lho, saya kira Ibu Miyaz sedang hamil soalnya minta yang aneh-aneh. Biasanya ciri yang Pak Zaigham sebutkan itu ya ngidamnya ibu hamil."
Zaigham mengerjap, hamil? Masa secepat itu? Padahal baru sebulan lalu mereka melakukan unboxing. Miyaz juga tidak memberi tahu apapun padanya jika memang mengandung.
Masa Miyaz hamil sih? Lalu Zaigham akan menjadi ayah dong?
Pria itu menggeleng, ini terlalu cepat. Belum tentu wanita itu hamil, sebab Miyaz memang wanita aneh bin ajaib.
Lantas Zaigham kembali alihkan konsentrasinya pada pekerjaan dan menepis perasaan yang sempat membuat dadanya berdesir. Dia antara siap dan tidak jika ada makhluk kecil yang memanggilnya 'Papi'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Zone
RomanceMiyaz Damara adalah nama yang tak asing bagi penduduk negeri ini. Artis cantik yang sarat akan sensasi. Tiap gerak-geriknya selalu mengundang kehebohan. Berbanding terbalik dengan Miyaz yang sering mendapat cibiran, Zaigham, adalah seorang politikus...