Happy Reading
Dua minggu berlalu. Selama itu pula Rafli terus berusaha mendekatkan dirinya dengan Rafa maupun Hanifah. Baginya memiliki Rafa adalah hal yang paling berharga yang tak bisa diperbandingkan dengan apapun. Harapnya tak muluk-muluk, namun hati kecilnya juga ingin membina rumah tangga yang harmonis dengan Hanifah.
"Bang, lo yakin nggak mau lamar Kak Ifah gitu? Gue tahu lo masih cinta banget sama dia," ujar Vita.
Saat ini Rafli dan Vita sedang berbincang di kontrakannya. Bunda Fani pamit untuk mengurus pensiunnya di Medan.
Rafli termenung, "Apa gue masih pantas bersanding sama Ifah? Gue tahu dia udah maafin gue tapi rasanya mustahil kalau dia mau menerima gue lagi,"
"Kenapa lo jadi pesimis bang? Siapa tahu Kak Ifah juga masih cinta sama lo," balas Vita.
Rafli terkekeh, "Cintanya pasti udah buat almarhum suaminya Vit. Ya kali dia masih cinta sama orang yang udah menghancurkan hidupnya,"
Vita manggut-manggut, "Iya sih gue juga kalau jadi Kak Ifah, ogah deh ketemu lagi sama cowok brengsek macam abang,"
Rafli terkekeh lagi, "Pengalaman ya? Udah jangan dibahas lagi. Entar lo mewek lagi, gue yang disalahin. Intinya sekarang gue mau menyerahkan hidup gue sepenuhnya cuma buat Rafa. Mumpung dia masih disini,"
Tiba-tiba Rafa dan Hanifah datang. Rafa langsung lari ke arah Rafli.
"Ayahhh......,"
Rafli langsung memeluk putra sematawayangnya, "Kenapa nih? Kok wajahnya murung? Umma nakal yaa," celetuknya.
"Rafa mau pulang ke rumah sana. Ayah ikut ya sama kita," jawab Rafa.
Rafli ikut memasang wajah murung, "Kok cepet banget pulangnya? Ayah kan masih kangen sama anak ganteng ini,"
"Tiga hari lagi Rafa masuk sekolah. Takutnya kalau terlalu mepet, dia kecapekan nanti," sahut Hanifah. Rafli manggut-manggut.
"Ayah kenapa nggak tinggal aja sih sama kita? Kalau aku, umma, dan ayah tinggal bareng kan nggak perlu kangen-kangenan kayak gini. Kita bakal ketemu setiap hari," celetuk Rafa.
Vita terkekeh mendengar celetukan Rafa.
"Sayang, sini deh sama tante," ujar Vita.
Rafa menghampiri Vita, "Ada apa tante?"
"Emang Rafa pengen banget ya tinggal bareng sama Ayah Rafli?" tanya Vita.
Rafa mengangguk semangat, "Mau mau mauuuu. Tante Vita juga boleh kok tinggal sama kita,"
Vita tertawa, "Coba gih minta sama Umma Hanifah. Dia mau nggak tinggal bareng sama ayah?"
"Kok aku?" protes Hanifah.
"Yaa kalau tanya abang mah udah pasti mau kak," celetuk Vita yang mendapat pelototan Rafli.
Hanifah terdiam dan tersipu malu, "Yaudah Rafa kan udah pamit sama ayah. Kita berangkat sekarang aja ya. Takut ketinggalan pesawat,"
Raut wajah Rafa semakin sedih. Rafli menghampiri Rafa.
"Heyy sayang, jangan nangis dong jagoan. Kalau Rafa nangis, ayah juga ikut nangis lho. Kamu tenang aja, kalau ayah libur kerja, ayah pasti ke rumah kamu sama umma. Nanti kita main bareng disana," ujar Rafli.
Rafli beralih ke Hanifah, "Kalian naik apa ke bandara?"
"Taksi aja," jawab Hanifah.
"Biar aku antar,"
"Jangan Fli. Takutnya Rafa nggak bisa lepas dari kamu," cegah Hanifah.
Rafli terdiam. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cintaku (Completed)
Ficção AdolescenteSeburuk-buruknya manusia pasti ada sisi baiknya. Sebaik-baik manusia juga pasti ada sisi buruknya. Hanya Yang Maha Kuasa yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Laki-laki yang baik pada akhirnya akan dipertemukan dengan perempuan yang baik pula...