42. Ujian

91 9 0
                                    

Kenapa ujian rumah tangga kita sangat berat?


Happy Reading

Ibadah yang paling lama dan paling nikmat adalah menikah. Bukan hanya menyempurnakan separuh agama, namun dengan menikah membuat kita belajar lebih dalam tentang kehidupan yang mungkin sedikit terjal. Perdebatan-perdebatan kecil yang menjadi bumbu dalam pernikahan membuat dua insan itu terus belajar menjadi suami dan istri yang lebih baik lagi.

"Kak, makan dulu gih," ujar Vita.

Fauzan keluar dari kamar, "Masak apa yank?"

"Masak telur balado kesukaan Kak Fauzan," jawab Vita.

Fauzan menyubit pipi Vita gemas.

"Ihhh kok dicubit sih? Iyaa tahu aku itu gemoy, tapi dilarang cubit-cubit," rengek Vita.

Fauzan terkekeh, "Nggak apa-apa dicubit kan udah halal. Lagian kamu masih aja manggil kakak. Udah dibilang aku itu suami kamu, bukan kakak kelas kamu,"

"Siapa bilang Kak Fauzan kakak aku? Kakak kan suami paling nyebelin yang pernah aku punya," balas Vita.

"Aku cubit lagi nih," ancamnya.

Bukannya menjauh, Vita malah memajukan wajahnya, "Silahkan aja kalau berani,"

"Ohhhh nantang yaa.....awas kamu entar malam nggak aku kasih ampun," balas Fauzan.

Vita menegang, "Emang Kak Fauzan mau ngapain?"

"Minta jatah lah," celetuk Fauzan.

Vita makin menegang. Seketika Fauzan tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahaha....lucu ya kamu kalau lagi tegang gitu," ujar Fauzan.

Plakkk

Vita menabok lengan Fauzan lumayan keras, "Nyebelin yaaa,"

Fauzan masih tertawa, "Yaa habisnya kamu manggil aku kakak terus,"

"Ya terus mau manggil apa?! Kang Uzan aja yaa," balas Vita terkekeh.

"He'eh sekalian Kang Ujang tuh jualan bakso," celetuk Fauzan.

Kini giliran Vita tertawa, "Hahahahaha ya terus apa?"

"Sayang,"

Vita tersipu malu, "Apaan sih,"

"Yaudah kalau gitu panggil abang atau aa aja atau kalau mau honey sekalian," ujar Fauzan.

"Abang tukang bakso yaa. Oke, mulai sekarang aku panggilnya abang tukang bakso Kang Ujan," balas Vita.

Fauzan memasang wajah datar, "Beneran nantang nih. Ayo, ke kamar. Nggak boleh nolak!"

Vita semakin tegang, "Tapi kan kita belum makan Bang Ujannnn,"

Fauzan menarik tangan Vita dan masuk ke kamar. Tak lupa pintunya ia kunci. Nyali Vita semakin menciut saat melihat Fauzan melepas kaosnya dan rebahan di ranjang. Vita masih mematung di dekat pintu.

"Apa harus sekarang?" batin Vita.

"Ngapain masih disitu? Sini," ujar Fauzan.

Vita mendekati Fauzan, "Sekarang?" tanyanya.

Fauzan mengangguk, "Iyaaa cepetan aku udah nggak kuat ini,"

Vita melotot, "Bang Ujann.....beneran sekarang?"

Fauzan lagi-lagi mengangguk, "Kalau nggak cepetan, aku bisa masuk angin. Nihh cepetan kerokin aku. Jangan sampai aku tumbang soalnya besok ada jadwal operasi," ujarnya sambil menyerahkan uang koin dan minyak urut.

Takdir Cintaku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang