34. Tragedi

90 9 0
                                    

"Gue nggak salah lihat kan?"




Happy Reading

Setelah wisuda, terbitlah ratusan pengangguran pencari kerja. Banyak lulusan freshgraduated yang berlomba-lomba mencari pekerjaan dan bersaing dengan yang sudah memiliki pengalaman.

Vita, salah satu contohnya. Perempuan itu sudah menjalani beberapa tes masuk kerja di berbagai perusahaan. Meski terkadang tidak lolos seleksi, ia tak putus semangat. Demi masa depannya, ia rela tinggal di Makassar sendirian. Rafli yang kembali dimutasi ke Jakarta, mau tak mau harus kembali ke kota itu.

"Bundaaaa....,"

"Apa sayang?"

Saat ini Vita dan Bunda Fani sedang video call. Bunda Fani juga ikut ke Jakarta untuk mengurus rencana pernikahan Rafli dan Hanifah. Memang rencananya pernikahan itu akan digelar di Jakarta. Saat ini pun Hanifah dan Rafa juga turut pulang ke rumah Papa Arsa.

"Bunn....Vita dapat pekerjaan. Di salah satu kantor BUMN,"

"Alhamdulillah dong sayang. Kenapa wajah kamu malah sedih?"

"Gimana nggak galau bun, kalau Vita menerimanya bakal ditempatkan di kantor Jakarta,"

Bunda Fani tersenyum. Beliau sangat tahu bahwa Vita akan berusaha menolak jika disuruh ke Jakarta. Alasannya Jakarta adalah kota penuh trauma baginya.

"Sayang....jaman sekarang nyari kerja susah lho. Kamu yakin mau melewatkan kesempatan ini? Kesempatan nggak datang dua kali lho Vit. Lagipula kalau Bang Rafli nikah, kamu juga nggak mau datang kesini?"

"Yaaa kalau abang nikah paling sehari dua hari bun. Vita bingung bun,"

"Kamu pikirkan ini matang-matang. Bunda juga nggak akan paksa kamu. Kalau memang menurutmu menolak kerjaan ini adalah yang terbaik, bunda bakal dukung,"

***

Setelah bertarung dengan batinnya, dan juga atas nasihat dari Umi Hanifah dan Bunda Fani, akhirnya Vita menerima pekerjaan tersebut. Esok hari ia akan terbang menuju Jakarta.

"Umi nggak mau bareng Vita ke Jakarta? Pernikahan Bang Rafli juga tinggal dua minggu. Sekalian aja umi," ujar Vita.

"Umi kesana minggu depan aja ya sayang. Umi masih ngurus wisuda santri," jawab Umi Inayah.

"Yaudah kalau gitu,"

"Kamu sampai sana dijemput kan?" tanya Umi Inayah.

Vita mengangguk, "Dijemput Bang Rafli,"

"Hati-hati ya sayang. Salam buat Rafli dan keluarga disana,"

"Pasti umi,"

Perasaan Vita sudah tak menentu. Hanya dalam hitungan jam dirinya akan menginjakkan kakinya di kota penuh kenangan manis dan juga pahit.

"Bismillah,"

Vita membuka handphonenya untuk menelepon Rafli. Belum sampai memencet nomor Rafli, tiba-tiba ada telepon masuk.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, posisi dimana?"

"Kenapa Kak Fauzan tanya gitu?"

Yang menelepon ialah Fauzan. Setelah kejadian Fauzan mengutarakan isi hatinya tempo hari, baru kali ini mereka berkomunikasi lagi.

"Udah turun dari pesawat kan?"

Vita tertawa, "Kalau belum turun, nggak mungkin juga gue angkat telepon lo,"

Fauzan ikut tertawa, "Sekarang lo jalan ke pintu keluar. Cepetan dan nggak perlu protes!"

Takdir Cintaku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang