Sejujurnya jauh di lubuk hatinya, ia merasa khawatir dengan perubahan sikap Vita
Happy Reading
Dingin
Satu kata yang menggambarkan suasana malam ini. Setelah hujan seharian, hawa malam ini pun menjadi sangat dingin. Memakai baju terbuka di tempat yang terbuka pula bukanlah ide yang bagus tapi gadis itu tetap melakukan meski dengan terpaksa.
Rooftop clubing menjadi tempat yang dipilih cowok yang kini berada di hadapan Vita. Vita terus menerus menggosok-gosok lengannya berharap rasa dinginnya akan berkurang tapi sia-sia saja karena angin terus berhembus hingga terasa sampai ke tulang-tulangnya.
"Lo kedinginan?" tanya cowok itu.
"Udah tau pake nanya lagi!" balas Vita cuek.
Cowok itu terkekeh dan melepas jaketnya, "Nih pake jaket gue. Gue nggak mau lo kedinginan. Bisa-bisa cowok lo yang brengsek itu datang langsung maki-maki gue karena lo kedinginan,"
Vita menerima jaket tersebut, "Mau lo apa sih? Ada perjanjian apa lo sama Kenzie? Kenapa juga lo ngajak gue kesini? Nggak ada tempat lain apa?"
"Gue mau nyelametin lo dari Kenzie. Lo ikut gue kabur dari Kenzie. Lo mau kan bebas dari belenggunya? Gue tahu selama ini lo tertekan tinggal di apart Kenzie," tanya cowok itu.
"Revan, lo nggak mabuk kan?" tanya Vita memastikan cowok itu baik-baik saja. Ya, cowok yang sedari tadi bersama Vita adalah Revan. Cowok itu pula yang meminta Kenzie membawa Vita ke clubing. Tapi anehnya, ia tidak mengajak Vita menikmati musik dugem, melainkan mengajak ke rooftop yang sepi.
"Gue serius Vit. Gue sayang sama lo. Gue nggak mau lo dimanfaatin sama Kenzie," ujar Revan menatap dalam Vita.
"Lo kenapa sih Van? Kenapa lo tiba-tiba bicara kayak gitu? Lo kan sahabatan sama Kenzie? Lo ada masalah sama dia? Pliss kalau lo ada masalah, jangan bawa-bawa gue dong. Hidup gue udah berat Van," balas Vita.
"Gue emang sahabatan sama dia, tapi gue udah suka sama lo dari awal kita bertemu. Kenzie jadiin lo pacar itu cuma buat menangin taruhan sama gue. Gue nggak mendekati lo karena gue juga nggak mau persahabatan kami hancur tapi dia malah berbuat keterlaluan sama lo. Gue tahu dia udah renggut apa yang lo punya. Gue juga tahu tentang dendam kesumatnya itu. Sekarang gue mau selametin lo Vit. Gue peduli sama lo, nggak sepantasnya lo menerima perlakuan bangsat Kenzie," jelas Revan sengaja membongkar rahasianya dengan Kenzie. Biarlah dia dicap sebagai pengkhianat asal gadis yang ia suka selamat dari kungkungan sahabatnya itu.
Vita terkejut, "Jadi, dia nembak gue bukan cuma balas dendam atas hancurnya keluarganya sama kematian kakaknya aja? Tapi dia juga jadiin gue taruhan? Gue nggak nyangka dia bisa berbuat sekeji ini. Apa salah gue sama dia Van?" tanya Vita lirih.
Revan mengangguk, "Sekarang terserah lo. Lo mau ikut gue dan terbebas dari si anjing Kenzie atau lo mau tinggal di penjara berkedok apartemen itu? Gue tahu lo nggak bahagia disana. Lo tertekan kan?"
"Andai gue bisa milih, gue milih ikut lo Van dan pergi sejauh-jauhnya. Gue benci tinggal di tempat sialan itu. Tapi gue nggak punya pilihan lain selain tinggal disana. Dia punya aib gue dan.....,"
"Lo takut dia bakal nyebarin aib lo itu?" potong Revan seolah tahu apa yang akan Vita katakan.
"Lo tahu?" tanya Vita.
Revan mengangguk, "Dia kasih gue foto aib lo. Tapi lo tenang aja, gue nggak akan menyebarkan semua itu,"
Vita terduduk sambil menangis, "Kenapa dia sekejam itu? Sekarang gue nggak bisa apa-apa Van selain nurut sama perintah dia. Tapi lo tenang aja, gue nggak akan kenapa-kenapa. Gue akan mencoba lebih kuat menghadapi semua ini sendirian," ujarnya yang kemudian menghapus air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cintaku (Completed)
Fiksi RemajaSeburuk-buruknya manusia pasti ada sisi baiknya. Sebaik-baik manusia juga pasti ada sisi buruknya. Hanya Yang Maha Kuasa yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Laki-laki yang baik pada akhirnya akan dipertemukan dengan perempuan yang baik pula...