41. Luka Dibalik Senyuman

85 9 0
                                    

Aku ingin kamu yang membantuku untuk menyembuhkan luka ini




Happy Reading

Kenzie POV

Hancur lebur tak bersisa. Itulah yang gue rasakan sekarang. Hari-hari berat yang gue lalui ini definisi hidup segan, mati tak mau. Sadar dengan dosa-dosa terhadap Allah, Papa Arsa, Mama Rifa, Bang Fauzan, dan Laras juga Vita. Inginnya gue mengakhiri hidup tak berguna ini, tapi sebelum itu gue mau menebus dosa dan kesalahan yang sudah menggunung.

Divonis tujuh tahun penjara tak hanya membuat kesehatan fisikku drop, tetapi psikis dan mentalku juga sedikit terganggu. Hari-hari awal masa hukuman itu sukses membuat gue depresi. Berkali-kali gue jatuh sakit hanya karena membayangkan kejamnya kehidupan di dalam penjara. Gue tahu masa hukuman itu harusnya jadi waktu untuk merenungi semua kejadian-kejadian kelam itu agar tak terulang di kemudian hari juga untuk kesempatanku bertobat.

"Ken, lo kenapa nggak makan? Keburu dingin tuh jatah makan," tanya Bang Adnan, sesama tahanan.

"Buat apa gue makan bang? Gue mau mati aja. Gue nggak kuat lagi berada disini," jawabku.

"Mati? Enak banget lo ngomong! Emang lo nggak kasihan sama keluarga lo?!" sentak Bang Adnan.

"Gue itu cuma anak pungut nggak tahu diri. Daripada gue jadi beban papa angkat gue, lebih baik lo bunuh gue aja deh bang," balasku.

Bang Adnan melotot, "Gue nggak mau masa tahanan gue ditambah gara-gara bunuh lo! Lo enak langsung mati, lah gue harus mendekam disini lebih lama lagi,"

Gue terkekeh lalu termenung, "Gue udah hancurin hidup dua cewek sekaligus bang. Masa depan mereka hancur karena ulah gue. Tujuan gue hidup sekarang cuma berharap waktu akan cepat berlalu dan gue bisa minta maaf sama mereka berdua. Gue punya nadzar akan bersujud di kaki mereka kalau Allah izinkan kita bertemu,"

"Setelah nadzar lo tercapai, lo mau bunuh diri?" tanya Bang Adnan.

Gue terkekeh, "Iya mungkin. Hidup gue ini cuma beban untuk keluarga angkat gue. Gue mau mengakhiri beban mereka,"

Itu sedikit percakapan gue dengan teman sesama tahanan yang udah gue anggap sebagai kakak sendiri. Bang Adnan masuk penjara karena tawuran dan berakhir membunuh salah satu musuhnya. Selama enam tahun belakangan, hanya dia tempat berbagi cerita. Kami sama-sama berusaha baik-baik saja menjalani masa hukuman. Gue berusaha tetap tersenyum meski kehidupan gue kedepan akan dipenuhi rintangan.

Memang sangat berat menjalani hidup di penjara. Selain keterbatasan ruang gerak, soal nafsu makan pun juga terpaksa berubah. Gue yang selama hidup dengan Papa Arsa, selalu dimanja tentang makanan, tapi di penjara mau nggak mau gue harus bisa makan apa adanya meski tak jarang ujung-ujungnya alergi dan berakhir sakit.

"Ken, kok lo kurus sih? Lo nggak pernah makan ya?" tanya Bang Fauzan, ketika dia menjenguk gue di penjara. Itulah cara Bang Fauzan membuat gue tersenyum hanya dengan candaannya yang terkadang garing. Hahahaha

"Makan lahh cuma ya itu bang, kadang ya itu ada udang. Padahal gue kan alergi sama udang," jawabku sambil tertawa.

"Kalau lo mau, biar gue bilang sama mama biar dikirim makanan kesukaan lo," ujar Bang Fauzan ikut tertawa.

"Nggak usah bang. Gue nggak mau menyusahkan Mama Rifa. Gue udah banyak nyusahin lo, mama, dan papa. Papa apa masih marah sama gue ya bang?" balasku.

"Mana ada papa marah sama lo? Lo kan anak kebanggannya papa," jawab Bang Fauzan.

"Kalau papa nggak marah, kenapa papa nggak mau jenguk aku kesini? Udah hampir dua tahun gue nggak ketemu sama papa,"

Takdir Cintaku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang