BAB 8

3.7K 381 36
                                    


#8
2 peluru

"Untuk semua pembaca sekali lagi aku tegaskan cerita ini mengandung banyak adegan kekerasan dan kata-kata kasar tanpa sensor, jika belum cukup umur gak apa stop di BAB ini."

Beberapa hari telah berlalu banyak rencana gila pada kepala Elisa, kadang gadis itu juga tertawa membayangkan ribuan ide jahil yang mungkin akan lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari telah berlalu banyak rencana gila pada kepala Elisa, kadang gadis itu juga tertawa membayangkan ribuan ide jahil yang mungkin akan lucu. dia pernah mencuri di mall agar ibunya pulang, waktu SMP dia juga pernah menabrakkan mobil ke gerbang sekolah agar di kasih mobil baru dan semua selalu berhasil. Singkatnya Elisa akan lakukan apapun untuk membuat keinginannya terwujud tak peduli harus jadi kriminal atau ngebadut karenanya.

Setengah jam sudah Elisa memasak di dapur bergaya modern dengan interior mewah, para art menatap khawatir, mungkin akan ada bencana atau kekacauan setelah ini, mereka menatap dengan hati was-was. Pada gadis yang sudah rapi.

Berbeda dengan artnya Adel yang mau ke kantor di buat terkesima dengan pemandangan pagi itu.

"Tumben.." kata Adel.

Melihat Elisa memasak hal yang tak pernah Adel sangka. Jika dilihat-lihat Elisa sudah dewasa dia sudah setingi dirinya, Elisa kini sangat cantik, tampil sederhana dengan celemek berwarna hitam.

"Ko tumben? Bukannya bagus?"

Adel tersenyum lebar "harusnya tapi mama punya filing buruk untuk ini."

"Aneh deh Elisa cuman masak.."

Elisa berikan satu bekal kimbab yang sudah dia buat dan dua kotak makanan lain ia masukkan ke tas.

"Buat siapa?" Adel bertanya curiga.

Elisa menjawab pertanyaan dengan raut datar "Andre!"

Elisa pun pergi tanpa makan pagi meninggalkan Adel dengan raut masam. di lepaskan celemek dan ikat rambutnya, sesekali ia bercermin merapikan rambut yang sedikit berantakan dan merapikan seragam yang sebenarnya sudah rapi. Ia kenakan ranselnya dengan gantungan Dior puluhan juta dan seperti biasanya dia pergi dengan motornya berwarna merah gelap untuk ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, bukannya kelas dia malah berlari keruangan yang seluruh murid takuti, bahkan untuk lewat mereka menyebut permisi. Bisa di bilang tempat yang lebih horor dari kuburan.

Dengan senyuman jahat Elisa ketuk ruang kepala sekolah, masih ada satu jam sebelum pelajaran di mulai dan ini saat yang tepat untuk ini.

"Masuk!" Setelah di jawab dari dalam Elisa masuk ke ruangan penuh dengan buku itu.

Dia pandangi ruangan itu, tempat itu tampak berbeda dari sebelumnya, dulu barang antik penuh di lemari dekat kursi sekarang tempat itu kosong hanya ada sofa dengan beberapa lukisan menyender.

Elisa celingukan, ini ruangan kepala sekolah bukan? Rasanya seperti perpustakaan dengan ribuan buku dan lukisan mahal.

"Duduk lah, sampai kapan kau berdiri," titah pria berkacamata dengan laptop menyala di depannya.

Lollipop 1 [[TERBIT]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang