[[evil mafia scenario]]
19+ Elisa tak pernah setuju ibunya menikah lagi, bukan karena pria itu miskin atau mata duitan melainkan calon ayahnya itu adalah seorang mafia arogan yang begitu kejam.
Demi batalnya pernikahan, terbentuk lah misi get rid of...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamar gadis dengan kaos putih itu cukup gelap, beberapa barang berserakan di lantai, dia yang selalu bersih tampak berantakan, dan selain lampu tidur tidak ada cahaya dari ruangan.
Elisa duduk dengan menyilangkan kaki, satu telinganya memakai earphone dengan rambut menjuntai menutupinya.
"Elisa..." Adel kini berdiri di pintu dan menghampiri setelah itu.
Elisa menoleh dengan tatapan kosong, matanya sembab dengan bola mata memerah. Ia baru menangis.
Adel duduk di samping gadis itu meringkuk, dia peluk putrinya dan Elisa menangis setelahnya, Adel terhanyut dia elus kepala putrinya itu "katakan kenapa?"
"Berjanjilah kau akan membelaku," Elisa menatap Adel dengan air mata jatuh di pipinya.
"Oke katakan."
Elisa meremas pakaiannya dengan tertunduk, dia terisak dengan derai air mata "Juan mencoba melecehkan ku."
Adel tak bereaksi, Elisa mengerutkan keningnya, jelas dia bingung "dia nyaris menyentuh ku," katanya memprovokasi.
"Cukup! Mama tau kau membencinya tapi ini tidak benar, kau menuduhnya, itu sangat keji."
Elisa terbelalak, matanya terbuka sempurna. Siapa gadis di depannya ini? Mamanya atau bukan, siapapun bisa melihat ruam merah di sekujur leher Elisa, menuduhnya? Bukankah ini jelas.
Elisa menarik napas panjang "bukankah mama dah janji akan membela ku, Elisa gak bohong ma dan itu terjadi di sekolah."
Adel terkekeh kecil dia tatap Elisa dengan raut kesal "berapa kali lagi kau bohongi mama? Apa ini salah satu taktik gila mu? Elisabet Queen orang gila mana yang mencoba melecehkan muridnya?" Adel mengusap kepalanya prustasi. "itu pun di sekolah, kalau mau berbohong kau harus berpikir dulu."
Andai Mamanya itu sadar sedikit saja orang gila yang bisa melakukan tindakan bangsat ini, di sisinya, cowok paling toxic dari yang paling buruk, pria berbisa dengan gigi tajam.
Elisa tak menyangka ini yang di katakan mamanya ia kehabisan kata, mulutnya bahkan bergetar, dengan kerutan di tengah dua alisnya, "apa Elisa tampak berbohong? Apa ruam ini tak bisa mama lihat??"
Plak!!
Elisa terhenti menangis, tamparan kasar itu membuatnya sadar, 'aku tak berarti apa-apa.'
Yang orang katakan benar cinta bisa merubah apapun, bahkan seorang anak tak berarti apa-apa. Bucin gak begini juga, mengabaikan makhluk lain yang hidup di dunia yang sama, bahkan tutup mata saat bukti ada tepat di depan mata.
Elisa berpikir apa bagusnya Juan? Apa yang ia janjikan hingga mamanya begini? Apa karena dia tampan? Atau karena dia pintar? Elisa tertawa kecil dengan tatapan kosong, selain Tampan dan pintar gak ada yang bagus darinya, kadang Elisa juga berpikir ko ada yang bertahan dengan pria yang memiliki sifat arogan dan keras kepala.