#23
Garis terdepan"Aku butuh kamu seperti jantung butuh detak."
"ini gak boleh!"
Elisa membuka matanya saat nafsunya mulai menguasai akal dan pikirannya, sebelum kesalahan ini semakin besar ia dorong dada pria yang kini bergelantungan di bawahnya.
Sial!!
Elisa menatap lirih dua kancing seragamnya yang sudah terbuka hingga bra berwarna hitam nyaris terlihat, bahkan menyebalkannya satu kancing atasnya telah terlepas saking brutalnya pria mafia itu."Sudah cukup!"
Elisa merapikan kembali tampilannya, jemarinya menyisir rambutnya yang tergerai kesana-kemari, sesaat wajah gadis itu berkerut melihat bekas lipstik di bibir Juan yang notabenenya udah berwarna Pink susu.
Rahangnya mulai mengeras, tatapan sinis mulai terpancar di wajahnya yang dingin, ia masih belum puas, sedikit lagi padahal... Tapi ia hanya bisa menatap hening gadis di atasnya yang masih kerepotan.
Tring... Tring...
Ponsel Elisa tiba-tiba berdering membuat Elisa meraih saku roknya dan mengambil benda kecil yang terus bergetar.
Kedua pupil itu melebar, nama yang tertera di ponsel sukses membuat jantungnya seakan copot. "Andre..."
"Kenapa?? Angkat," ujar Juan berujar tak suka.
"Jika kau bersuara..." Elisa terdiam memikirkan kalimat apa yang cocok ia ucapkan setelahnya.
"Kenapa?? Kamu akan apa!!" Juan menatap makin dingin.
"Akan..." Elisa bingung, rasanya tak ada hal yang bisa membuat Juan takut.
"Sudah lah intinya jangan bicara.." seru Elisa dengan cepat.
Ehm..ehm.. Elisa berdehem mengatur suara agar tidak gugup apa lagi terdengar mencurigakan.
"Hallo sayang," kata Elisa saat telepon terhubung.
"Kamu di mana??" Tanya Andre terdengar seperti biasa, to the point.
Elisa merapatkan bibirnya, jemarinya meremas ponsel dengan erat ia tak bisa berkata-kata karena pria tengil di depannya mulai berulah, mencumbu lehernya dengan lihai tanpa suara.
"Aku.. di.. rumah, ah.. maksudnya di toilet," jawab Elisa sembari menggigit bibir bawahnya.
Juan makin berulah, membuat Elisa memekik kecil. Pria itu menurunkan bagian pundak kemeja Elisa hingga dalaman singlet putih ketat transparan yang tadinya tampak samar kini terpampang nyata dengan bra hitam yang menyembul sekilas mata.
Jemari tangan berurat itu meraba bagian private yang tak pernah di sentuh. Telepon masih terhubung dan mustahil Elisa berteriak "PRIA ANJING HENTIKAN TANGAN BODOH MU!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lollipop 1 [[TERBIT]]
Aktuelle Literatur[[evil mafia scenario]] 19+ Elisa tak pernah setuju ibunya menikah lagi, bukan karena pria itu miskin atau mata duitan melainkan calon ayahnya itu adalah seorang mafia arogan yang begitu kejam. Demi batalnya pernikahan, terbentuk lah misi get rid of...