Hiii~
Gimana kabarnya? Semoga baik, ya! Semoga lagi bahagia juga.Selamat malam Minggu bagi yang merayakan dan kalau tidak, tidak apa. Malam Minggu-an masih belum wajib jadi gak masalah kalau gak merayakan.
Oh iya, mulai dari part ini sampai ending nanti setiap bagiannya cukup panjang masing-masing. Ku pribadi lebih suka chapter yang panjang daripada chapter yang banyak. Jadi, ku buat berdasarkan rasa nyaman saat ku baca. Semoga kita satu selera, ya.
Ngomong-ngomong, ku akan sangat berterimakasih kalau kamu mau bantu untuk tandai bagian yang salah penulisannya. Itu akan memudahkan aku untuk perbaiki juga.
Oke. Kalau gitu, selamat membaca, ya! Semoga senang juga bacanya🛸
Psst! Part ini dan beberapa part selanjutnya akan banyak bagian Devi.
🐨🐨🐨
Kabar buruk untuk gua. Hari ini belum juga dapet izin untuk keluar rumah sakit atau sekedar lepas infus. Kata dokternya, ada satu kadar—yang gak gua tau namanya—yang kurang di tubuh gua. Man, gua keliatan jauh lebih baik dari dua hari lalu tapi kenapa isiannya zonk? Oke Kinan jangan ngeluh, jangan salahin organ dan hormon lu.
Ini hari ke lima gua dirawat. Mengenaskan. Denger penjelasan dari dokter kaya gitu, ayah bawa balik laptop gua. Gua gak dibolehin untuk kerjain skripsi, katanya itu yang bikin gua gak pulih-pulih. Ya tapi kan skripshit gua jauh dari kata kelar, gimana ceritanya.
Bermodalkan hp dan kuota, gua berusaha menghilangkan segala kebosanan yang ada. Entah, gua juga gak tau ini video apaan. Tayangin orang yang lagi restore kapak karat jadi bagus lagi.
Makan pagi udah abis, peralatan makan pun udah diambil lagi. Seperti kemarin-kemarin, gua sendirian. Bedanya kali ini, karena perut gua udah bersahabat, gak ada drama pengen muntah dan lainnya, gua nonton sambil ngemil.
Sumpah gua juga bingung banget kenapa gua belum boleh pulang dan kenapa ada yang bermasalah. Padahal semua kerasanya udah baikan. Semoga aja pemeriksaan hari ini baik semua jadi besok bisa pulang.
2 video random udah gua tonton. Entah, mungkin karena bosen jadi itu sedikit menghibur. Rencana video ketiga gua ketunda. Ada telepon masuk dari nomor yang gak gua save. Bukan whatsapp, telepon biasa.
“Halo?” sapa gua lebih dulu setelah gua terima teleponnya. Ini telepon pertama yang gua dapet dalam waktu hampir 3 tahun. Biasanya panggilan whatsapp atau dari Ig walaupun gak sering.
“Kinanti, kan?”
Suara cewek, bukan Reva atau orang yang gua kenal. Suaranya kedengeran sedikit pelan, entah emang suaranya lemah atau sengaja dipelanin. Malah menjurus ke bisik-bisik.
“Iya bener,” jawab gua. “Maaf, siapa ya?”
“Gua Devi.” Oh tunggu. Dia beneran telepon gua. “Suara gua masih kedengeran jelas, ga?”
“Oh jelas-jelas.” Jawab gua. “Kenapa?”
Helaan napas terdengar. Cuma itu dan suara Devi yang kedengerannya berasal dari giginya yang beradu. Kaya nahan nangis, gua gak yakin.
“You okay?” tanya gua. Dari duduk bersandar, gua ubah jadi duduk tegak dengan kaki bersila.
“Ngga,” jawab Devi dengan satu kata. Setelah itu gua cuma denger suara isak. Tangis yang dia tahan, pecah gitu aja. “Gua gak baik-baik aja, Nan.”
Gua bingung. “Kenapa? Bisa cerita, ga?”
“Gua hamil.”
Berbarengan dengan itu, pintu ruangan dibuka dan Pak Bara ada di sana dengan senyumnya. Orang itu keluar rumah sakit 2 hari lalu, sore tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampus [END]
Teen Fiction"Kalo saya bilang, saya lamar kamu, kamu kaget ga?" Ya kaget lah anjir! batin Kinan. "Ngga, ga mungkin juga," Kinan menjawab. "Ada kemungkinan. Dan sekarang kejadiannya. Saya lamar kamu. Gimana? Jawaban kamu apa?"