19

3.4K 340 4
                                    

Keesokan harinya Arnold dan para istrinya sarapan bersama, arnold berencana untuk menghabiskan hari ini bersama dengan istri-istrinya karena mungkin besok ia akan berangkat.

"Arnold aaa…."

Arnold membuka mulut nya saat cris menyuapkan makanan kemulutnya.

"Apa ini? Kalian seperti pengantin baru saja~"

Louis menggoda cris yang kini terlihat sangat menempel pada Arnold, cris hanya tersenyum malu mendengarnya.

"Makan lah cris, kau harus banyak makan."

Arnold menyuapi cris dengar penuh cinta, Jake yang melihat cris begitu diperhatikan merasa cemburu.

Dengan sengaja dirinya tidak makan, siapa tau ada seseorang yang akan memperhatikannya.

"Arnold?"

"Apa?"

Cris merasa ragu untuk menyebutkan keinginannya itu, Arnold yang melihat cris ragu-ragu untuk berkata pun mendekatkan dirinya lalu mengusap wajah cris memperhatikan wajah istri kecilnya itu.

"Ehmm...aku sudah selesai, jadi aku permisi dulu."

Jake tidak tahan dengan drama romantis antara Arnold dan cris, bukan dirinya tidak suka hanya saja Arnold sama sekali tidak memperhatikan dirinya dari kemaren.

"Kau belum makan apa pun, jangan egois Jake kau sedang mengandung sekarang."

Arnold bicara saat mengetahui Jake sama sekali belum menyentuh makanan nya.

"Aku tidak lapar."

"Benar-benar susah diatur, jika kau tidak ingin aku atur maka pulang lah kerumah mu saja."

Arnold bicara tanpa pikir panjang, Jake yang mendengar Arnold mengusir dirinya padahal dia sedang hamil sekarang.

"Baiklah jika itu mau mu Arnold!"

Jake melangkah kan kaki nya diikuti para pelayan pribadinya, Hans yang melihat Jake pergi pun mengikuti Jake untuk menemani sahabatnya itu.

"Jangan seperti itu Arnold, Jake sedang dalam masa sensitif nya...kau harusnya bicara dengan lembut padanya".

Arnold menatap Louis yang menasehati dirinya.

"Apa tadi aku bicara kasar? Aku sudah terlalu sabar dengan tingkah egoisnya itu."

Hendry dan cris hanya diam saja tidak tau harus berbuat apa dengan keadaan sekarang, Arnold kini lebih sensitif dibandingkan dengan cris yang sedang hamil.

"Sudah lah biarkan saja dia."

Louis berdiri sekarang nafsu makannya hilang sudah karena pertengkaran dipagi hari.

Dirinya akan mencoba membujuk Jake, mungkin saja Jake sekarang sedang mengamuk dikamarnya.

Dikamar Jake langsung membereskan pakaian miliknya, para pelayan mencoba membujuk Jake agar tidak pergi dari mansion ini.

"Jangan halangi sahabat ku."

Para pelayan pun menyingkir saat Hans mendekat keara Jake.

"Harusnya sejak dulu kau lakukan ini Jake."

Tangan Jake berhenti memasukan pakaian nya perlahan kepalanya menoleh kearah Hans, Hans dapat melihat wajah Jake yang memerah dengar air mata membanjiri pipinya.

"Harusnya kau senang, kenapa malah menangis seperti ini!"

Hans panik saat Jake merosot jatuh terduduk, apa ia salah bicara barusan hingga Jake menangis seperti itu.

"Aku...aku.."

Hans memegangi pundak Jake mencoba membuat Jake berdiri.

"Kau kenapa?"

"Aku mencintai anrold, Hans."

Hans terkejut bukan main saat Jake jujur tentang perasaan nya.

"Kau gila? Bisa-bisa kau menyukai seorang pria Jake? Kau pasti sekarang sedang bingun itu sebabnya kau jadi seperti ini!"

Hans mencoba meyakinkan Jake bahwa mungkin Jake salah paham dengan perasaannya.

"Aku..hiks..mencintainya Hans"

"Bereskan barangmu! Kita akan pulang, kau mungkin sekarang sudah gila Jake."

Jake menggeleng, ia ingin tetep tinggal namun teringat Arnold yang mengusir dirnya membuat Jake mau tak mau harus pergi.

Hans langsung menarik Jake untuk pergi namun saat membuka pintu kamar Hans dikejutkan dengan Louis yang berdiri tepat dihadapannya.

"Minggir!"

"Tidak ada yang boleh pergi dari kediaman ini!"

Hans langsung mendorong tubuh Louis dengan kencang, Hans kini tengah emosi jadi jangan coba mencari masalah dengannya.

"Kau tidak bisa membawa Jake pergi!"

"Aku bisa! Kau pikir kau siapa menghalangi kami!"

Jake masih menangis, dirinya enggan ikut campur pertengkaran antara Louis dan Hans.

Dari jauh dapat ia lihat Arnold berjalan kearah mereka dengan Hendry mengikutinya.

"Biarkan mereka pergi Louis, aku tak memerlukan seseorang yang suka berselingkuh seperti mereka!"

Arnold bicara dengan nada dingin, Louis tak habis pikir dengan Arnold yang membiarkan Hans dan Jake pergi.

Arnold sebenarnya tak tega namun mengingat Jake yang bermesraan dengan mevin membuat darah nya mendidih lagi.

Ia juga tau Hans yang sering keluar untuk mencari wanita diluar sana bahkan perna Hans tiga hari tidak pulang ke kediamannya ini.

"Kau dengar jangan halangi kami"

Tangan Jake ditarik oleh Hans melewati Louis, saat dihapan Arnold Jake berhenti sebentar berharap Arnold menghentikannya namun itu hanya harapan nyatanya Arnold bahkan enggan melihat dirinya.

"Jika anak itu lahir aku akan mengambilnya."

Jake mengelus perutnya, air matanya kembali mengalir deras mendengar Arnold akan mengambil anaknya nanti.

Hans membawa Jake dengan menaiki kereta kuda milik keluarga nya untuk pulang kerumah Jake

"Berhenti menangis Jake, kenapa kau sangat cengeng sekarang? Kau dulu tidak seperti ini! Kau kesatria ingat itu!"

Hans pusing melihat sahabatnya yang menangis seperti bocah dari tadi, bukannya berhenti Jake makin menjadi-jadi.

"Jika anak itu lahir berikan saja pada ayahnya dan kau bisa memulai hidup baru tanpa beban."

"Anak ku bukan beban."

Hans merotasikan bola matanya mendengar Jake membela anaknya.

"Terserah."

Saat Samapi dikediaman Duke mettius, Jake dan Hans langsung disambut ayah beserta saudaranya.

"Ada apa?"

"Dia diceraikan Duke Arnold, paman "

Mettius tentunya terkejut mendengar putranya diceraikan secara tiba-tiba.

Mettius pun menyuruh para pelayan membawa Jake masuk kedalam kediamannya.

Dirinya tidak aka bertanya dulu melihat keadaan Jake yang memperihatinkan sekarang.

"Istirahat dulu Jake, ayah ingin bicara dengan Hans dulu."

Jake mengangguk dan langsung berbaring di ranjang lama miliknya ditemani kakaknya.

"Hans aku ingin bicara"

"Baik paman"

Hans pun mengikuti mettius keruangan lain untuk bicara.


🐢💨

allagíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang