26

3.4K 299 6
                                    

Para pelayan yang melihat putra mahkota begitu mencintai Louis merasa senang dan terharu.

"Kau pria menjijikan yang lebih menjijikan dari kotoran Andreas!"

Louis berucap dengan nada pelan namun tegas, para pelayan yang awalnya terharu kini memasang wajah cemas karena ucapan dari Louis barusan.

Cup…

Bukannya marah Andreas malah membumbui kecupan-kecupan kecil di leher Louis, tidak puas dengan kecupan itu Andreas mengangkat penutup kepala milik Louis dan terpampanglah leher putih yang mulus tanpa cacat.

"Arghhkkk!!"

Louis mencengkram erat tangan Andreas yang berada di pinggangnya saat dirasa lehernya digigit kencang.

Perih dirasa saat cairan merah keluar membasahi rambut Louis dan juga baju bagian leher belakang Louis.

"Kau hanya milik ku~"

Andreas memeluk erat Louis lalu menyenderkan kepalanya di bahu kanan Louis.

"Kau seperti binatang!"

"Hmm...dan aku mau kau merawat binatang ini agar tidak sendiri lagi,Louis"

Louis menatap dirinya di cermin, namun ada yang mengganjal di bagian belakangnya.

"Aku ereksi, apa kita harus membuat pangeran lagi?"

Louis mencoba lepas dari Andreas namun tidak bisa, Andreas dengan brutal melepas kancing baju milik Louis.

Para pelayan yang melihat hal itu langsung undur diri karena merasa ini bukan sesuatu yang harus mereka lihat.

Louis berhasil lepas dengan susah paya dirinya berlari ke arah pintu namun saat dirinya sampai dipintu Andreas sudah ada dibelakangnya, mengurung tubuh Louis diantara lengannya.

"J-janganhh..mmphh..ah...andrenghh"

Ciuman panas pun terjadi, tangan Andreas mulai menggerayangi tubuh Louis dengan agresif.

"Jangan nanti baju pengantin kita rusak...k-kau tidak ingin kita gagal menikah kan?"

Louis menahan kepala Andreas dengan tangan nya bukannya berhenti Andreas dengan ganas mencabik celana milik Louis.

Louis terdiam saat Andreas mencabik bawahannya, rupanya ancamannya tidak mempan pada Andreas.

"Tenang saja kita masih punya 3 baju lagi...aku sengaja memesan banyak untuk antisipasi kecelakaan macam ini."

Tubuh Louis diangkat masuk ke dalam gendongannya,dengan spontan Louis mengaitkan kedua tangannya ke leher Andreas.

"B-berhentiihh...ahkk.."

Arnold sampai di depan gerbang istana dimana sudah berjejer rapi pasukan istana, apa Andreas selalu tau apa yang akan arnold lakukan hingga dirinya bisa bersiap-siap dengan segala hal.

"Arold, mereka terlalu banyak..seba-HEIII!"

liam berteriak saat Arnold langsung menerobos pasukan itu dengan mengangkat pedangnya, kuda hitam besar milik Arnold bahkan menginjak hidup-hidup manusia di hadapannya.

"Kita harus ap-SIALAN!"

Lagi-lagi Liam berteriak saat ditinggal begitu saja oleh Hans yang mengikuti Arnold.

"Kalian Memang berjodoh sialan!"

Dengan kesal dirinya ikut menyerang, Liam dibuat menahan nafas saat masuk ke dalam gerbang istana , banyak mayat berserakan dengan tubuh yang tidak jelas.

"ANDREASSSS!!"

Arnold berteriak menyebut nama orang yang telah menyekap istrinya itu.

Para pelayan berlarian untuk bersembunyi takut jika mereka yang akan di tebas oleh Duke Arnold.

Arnold turun dari kuda nya di ikuti oleh Hans dan Liam, mereka masuk kedalam dengan tubuh berlumur darah.

"Lebih baik kita berpencar, kalian berdua cari dimana Jake,Hendry serta Louis disekap."

Hans dan Liam mengangguk lalu berjalan terpisah demi mempersingkat waktu.

Andreas berlari menyusuri ruang di istana satu persatu, namun semua ruangan itu kosong.

"Dimana brengsek itu!"

Saat berbalik dirinya melihat seorang pelayan yang terlihat ketakutan melihat dirinya, dengan wajah dingin penuh darah Arnold berjalan mendekat.

"T-tolong maafkan ak-ARGHHKK!...MAAF DUKE!"

Arnold menjambak rambut wanita itu, ia tidak akan membiarkan siapapun yang bersangkutan dengan Andreas bisa menarik nafas.

"Dimana tuan mu!?"

"Putra m-mahkota ada di istana ratu...ku mohon ampuni aku Duke!"

Duke melepas jambakan di rambut itu, baru ingin bernafas lega Arnold langsung menarik pedangnya dengan wajah pucat pelayan itu memejamkan matanya.

Brak…

Tubuh pelayan itu tergeletak dengan kepalanya terpisah.

Mata Arnold menggelap dirinya sudah lama tidak merasa sebebas ini membunuh orang.

Duke Arnold berjalan dengan menenteng kepala pelayan tadi lalu melemparnya keluar jendela.

"P-paman kenapa...hiks..membunuh ibu?"

Arnold terdiam saat melihat anak kecil dengan pakaian pelayan, ia menatap wajah anak itu.

"Kau...apa kau ingin bersama ibu mu?"

Arnold memegang pundak gadis itu dengan polosnya anak itu mengangguk.

"Arghhh...huhuhu…sakit! Hendry!...hiks"

"Apa kau merasa sakit? Tolong bertahanlah Jake!"

Jake mencengkram tangan Hendry lagi lalu mulai berusaha mengejan.

Brak…

Pintu didobrak dari luar, semua menatap siapa pelaku dan ternyata Hans dan Liam, Liam langsung keluar saat melihat Jake yang bawahnya tidak menggunakan apa-apa.

"JAKE!"

Hans berteriak melihat temannya itu berusaha melahirkan anak nya.

"Ayo tuan fokus! Sedikit lagi!".

Dengan semangat Jake mengejan mengerahkan seluruh tenaga dalam nya.

"ARNGGHHH!"

Nafas mereka terasa terhenti melihat bayi yang terbungkus kantung ketuban, Jake sudah pingsan ketika bayi itu lahir.

"Aku jadi paman?"

Arnold berjalan dengan tiga kepala di tangannya, kepala dari pengawal yang mencoba menahan dirinya.

Saat sampai di depan sebuah ruangan dengan para pelayan yang berjaga, dirinya melempar tiga kepala tadi untuk memperingati agar tidak melawan.

Pelayan tadi berteriak berlari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri dari Duke Arnold yang mengamuk.

Arnold berjalan dengan pelan lalu membuka pintu itu, rasanya dirinya akan mencabik-cabik tubuh pria di hadapannya itu.

Andreas yang masih mengukung tubuh Louis yang lemah dengan banyak bercak merah.

Andreas yang merasa jika ada yang masuk menolehkan kepalanya, dan seringai mengejeknya menyapa wajah dingin Arnold.

"Kau datang? Aku kira kau sudah mati".

Andreas menarik barang pusakanya dari lubang Louis, Louis tentu tidak sadarkan diri diatas meja.

Andreas merapikan baju nya, lalu berjalan mendekati pedangnya yang dipajang di dinding.

"Lihatkan, Louis milikku sekarang!"

Tangan Arnold terkepal memegang pedangnya, matanya masih memandang Louis yang tak sadarkan diri.

"Jika kau memang menginginkan Louis maka ambillah…"

Arnold berucap sambil terkekeh dan Andreas tentu merasa bingung apa Arnold akan menyerahkan louis karena sudah dia tiduri.



🐢💨

allagíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang