10

5.5K 469 15
                                    

Matahari mulai menampakkan diri, mengintip malu-malu dari balik tirai jendela.

Mata cantik milik laki-laki yang lebih muda terbuka, mengerjab beberapa kali untuk memfokuskan pengelihatan nya.

Unghh..

'kepala ku sakit sekali'. Batin cris memejamkan matanya lagi dengan kerenyitan di keningnya menahan pusing yang melanda.

" Dingin sekali".

Cris menarik selimut, tapi merasa ada yang aneh cris lalu membuka selimut nya dan terpampang jelas Arnold yang memeluk dirinya bukan hanya memeluk Arnold terlihat tertidur dengan mulutnya mengemut puting miliknya.

"Sialan!".

Cris berteriak kaget, namun saat dirinya ingin duduk ada sesuatu yang mengganjal dibawah.

Kedua mata nya melirik pada bagian bawah dan ternyata inti mereka masih menyatu, wajah cris benar-benar pucat sekarang.

"Kau sudah bangun sayang."

Arnold belum membaca situasi sekarang dan dengan gamblangnya mencium bibir cris.

"Keluarkan itu."

Arnold dengan pelan mengeluarkan intinya disertai cairan yang mengalir dapat didengar suarah ringisanbmilik cris.

"Apa sak-"

"Kau sialan"

Cris mencekik leher Arnold dengan kuat, namun Arnold hanya menatap nya datar.

"Kau marah? Itu salah mu sendiri jangan menyalahkan aku, kau yang memberikan tubuhmu semalam."

Arnold bicara dengan nada dingin, sekarang mood nya sangat buruk.

Cris makin emosi dan semakin menguatkan cekikikan nya di leher Arnold.

Wajah cris terlihat pucat dengan keringat dan air mata mulai mengalir menahan perih di tubuhnya.

Arnold yang melihat cris kesakitan memegang tangan cris yang mencekik leher nya dengan sekali hentak tangan cris terlepas dari leher Arnold.

"Tenangkan diri mu"

"Tenang kau bilang!? Kau gila sialan!".

Cris berteriak mendengar ucapan Arnold yang terlihat tidak peduli dengan amarahnya.

"Kenapa kau marah? Sudah aku bilang jangan menyesal semalam, kau yang terlihat sangat semangat semalam cris."

Arnold bicara dengan seringai mengejek di wajahnya.

Cris berdiri dari kasurnya dengan menahan sakit, dirinya berjalan menuju lemari di dekat jendela besar.

"Akan ku bunuh kau sialan!"

Cris menarik pedang kesayang miliknya, Arnold masih santai di atas kasur menatap cris yang berjalan kearah dirinya.

"Jangan bermain dengan itu nanti kau terluka cris."

Cris mengayunkan pedangnya kearah Arnold dan mengenai lengan atas Arnold sebenarnya cris mengincar leher Arnold tapi karena tubuhnya sakit dan menjadi tidak seimbang.

"Sudah puas?"

Arnold tidak bergerak sama sekali bahkan wajahnya tidak merasa sakit saat lempengan besi tajam itu membelah daging nya.

Cris limbung jatuh terduduk dengan air mata menahan sakit.

Arnold berdiri mengabaikan darah yang keluar banyak di lengan nya. Ia lebih tak tega melihat cris menangis di lantai seperti pengemis.

"Sudah, jangan menangis lagi."

Cris makin kencang menangis saat Arnold malah menggendong dirinya seperti bayi koala.

allagíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang