20

3.8K 361 0
                                    

Jake masih termenung sudah 1 Minggu dirinya kembali kekediaman Duke mettius, awalnya dirinya yakin jika Arnold akan menjemput dirinya pulang namun sampai sekarang Arnold bahkan tidak datang.

"Masih menunggu? Duke Arnold sudah pergi kemedan perang seminggu yang lalu Jake, sebaiknya kau masuk cuaca diluar kini sedang dingin."

"Kakak, aku tidak menunggu siapa pun, aku hanya ingin duduk disini."

Kakak Jake duduk disamping Jake setelah meletakan kue yang ia siapakan untuk Jake.

"Jake jika kau mencintai Duke Arnold maka sampaikan padanya langsung, tidak ada gunanya kau menunggu sedangkan Arnold saja tidak tau perasaanmu padanya."

Jake tidak menjawab pandangannya masih tetap kearah gerbang mansion berharap ada kereta kuda dari kediaman Duke Arnold yang datang.

"Arnold tidak akan suka melihat dirimu seperti ini, kau harus berjuang untuk cinta nya Jake."

"Kakak menasehati ku seperti ahli dalam cinta padahal kakak sendiri sampai sekarang masih jomblo saja, cepat lah menikah agar kakak bisa memberika ayah cucu."

Kakak Jake merasakan rasa sakit didadanya saat Jake mengatai dirinya tidak laku, walaupun memang dirinya belum laku.

"Bocah sialan! Kau-"

Jake menaruh jarinya di bibir kakaknya mengisyaratkan untuk diam.

"Kakak jangan bicara kasar nanti keponakan mu bisa mendengarnya"

Wajah yang awalnya emosi langsung melunak ketika mendengar bahwa keponakannya bisa mendengar upatan dari mulut sucinya itu.

"Maafkan paman~"

Jake tertawa geli melihat kakaknya bicara dengan perutnya namun pikirannya langsung teringat Arnold yang juga sering bicara dengan perutnya dulu.

Dikediaman Duke Arnold sekarang kedatangan tamu, cris sebagai istri pertama tentu akan mengantikan Arnold sekarang.

"Untuk apa lady datang kemari?"

Lady allastrina datang dengan tangisan yang menghiasi wajahnya, dengan tersedu-sedu dirinya mencoba menjelaskan maksud dirinya datang.

"Aku hamil anak Duke sekarang…"

Wajah cris langsung menggelap mendengar penuturan wanita di hadapan nya itu.

"Jangan mengada-ada lady, kau tau jika kau bicara sembarangan dirimu bisa saja dihukum."

" Aku tidak bicara sembarangan tuan cris, malam itu Duke menghabiskan waktunya bersama dengan ku...aku mohon percaya lah pada ku."

Cris melempar pisau buah miliknya tepat disamping kepala allastrina, membuat allastrina langsung diam seketika.

"TUTUP MULUT MU ITU!"

Louis mencoba menenangkan cris, ia sangat yakin cris sekarang bisa saja membunuh lady dihapannya itu.

"Jika kau bicara omong kosong lagi aku akan mengirimmu keneraka, Arnold tidak mungkin tidur dengan sembarang orang!"

"T-tapi aku…"

Cris siap melempar nampan dihadapanya jika saja Louis tidak menghentikan tangan cris.

"Pergi lah lady, kami akan mencari tau dulu baru memutuskan masalah ini."

Allastrina dengan cepat berdiri lalu keluar meninggalkan kediaman Duke Arnold.

"Sialan, pria gila… nak setelah ini selesai kita akan hidup bahagia dengan ayahmu jadi bersabarlah."

Allastrina mengelus perutnya dengan ini sedikit emosinya bisa diredam, jika bukan karena permintaan kekasih nya allastrina tidak akan mau datang kesana lagi.

"Apa kau merindukan ayah mu? Sabar ya ayah mu sedang pergi."

Cris tidak akan pernah percaya dengan perkataan wanita itu bisa saja lady gila itu hamil karena tidur dengan sembarang pria.

"Louis, Arnold tidak mungkin tidur dengannya kan?"

Louis tersenyum lalu mengelus rambut cris, semenjak hamil cris jadi suka marah-marah hanya karena hal sepele.

"Iya cris, sudah jangan terlalu dipikirkan."

Cris menganggukan kepala nya menuruti perkataan Louis.

Dilain daerah tepatnya di ujung perbatasan kerajaan , Arnold dan yang lain harus sangat waspada karena baru 1 Minggu mereka perang banyak sekali perlengkapan mereka yang hilang.

"Arnold sepertinya ada penghianat diantara kita"

"Aku tau Liam."

Arnold sudah tau siapa penghianatan nya namun dia masih membiarkan saja terlebih dahulu menunggu siapa tau penghianat ini memiliki kejutan untuknya.

Arnold mendekat kearah Liam lalu mencondongkan dirinya membisikan sesuatu yang membuat Liam langsung pucat seketika.

"Jadi kau.."

Arnold pun memandang remeh kearah Liam, dirinya lalu meninggalkan tenda untuk melihat keadaan Medan perang.

Liam mengepalkan jari nya dengan wajah yang penuh amarah.


🐢💨

allagíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang