Chapter 04 - Trust

747 115 49
                                    

"Dokter Nindia.... "

Ishna mengangguk seraya tersenyum saat melihat dokter Nindia salah satu dokter forensik di Rumah Sakit Bhayangkara.

"Kita ngobrol sambil makan saja ya, Ipda Ishna," ucap Nindia enteng seraya berjalan bersama Ishna ke arah kantin rumah sakit.

"Sebenarnya saya agak terkejut dengan penemuan kamu. Dan lagi-lagi kamu membuktikan kesungguhan kamu untuk menguak fakta yang sebenarnya. Jujur saya sendiri terkejut dengan fakta ini, " ucap Nindia seraya memberikan hasil laboratorium berkenaan dengan sampel yang dibawa oleh Ishna.

"Artinya apa, Dok?" tanya Ishna dengan alis bertaut usai membuka hasil laboratorium tersebut.

"Sampel yang kamu bawa kemarin itu ... mengandung DNA yang cocok dengan DNA manusia. Itu artinya, sampel kemarin itu benar adalah percikan darah manusia, Ipda Ishna," ucap Nindia seraya menyuapkan soto betawi ke dalam mulutnya.

Ishna terkesiap. Ia kembali menajamkan matanya. "Aneh. Tidak ada korban lain selain pengawal presiden yang tewas," gumam Ishna yang masih dapat di dengar oleh Nindia.

"Mungkin darah si pelaku. Apa ... kalian sudah berhasil menangkap pelaku penembakan?"

Ishna menatap Nindia, lalu menggeleng.

Nindia diam. Tak lama ia mengembuskan napas panjang.

"Pekerjaanmu bertambah rumit sepertinya," ucap Nindia seraya tersenyum.

Ishna mengangguk. Ia memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba terasa nyeri.

"Tidak ada laporan orang luka atau meninggal lainnya, Dok."

"Siapa yang menemukan senjata di lokasi penembakan? Ada baiknya kamu tanyakan masalah ini sama dia. Siapa tahu si pelaku berhasil di lumpuhkan oleh sniper , tetapi masih bisa lari," ucap Nindia pelan.

Ishna mengangguk. Usai makan, ia segera pergi ke ruangan atasannya, AKP Keenan yang kini sedang berbincang dengan Irjen Adam di ruang kepala Bareskrim.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu. Apa ada hal yang penting, Ipda Ishna?" tanya Keenan usai keluar dari ruangan rapat dan melihat Ishna tengah duduk di depan ruang kerjanya.

Keenan mempersilakan Ishna untuk masuk, lalu ia mulai memgernyit saat Ishna memberikan sebuah amplop putih berisi hasil laboratorium yang dikeluarkan oleh tim forensik.

"Apa maksudnya ini, Ipda Ishna?"

"Izin, Ndan, kemarin malam saya kembali ke lokasi percobaan penembakan dan meninjau balkon Bank Rakyat Nasional tempat AKP Keenan menemukan senjata laras panjang milik pelaku. Saya mencoba menyisir lokasi balkon tersebut dan menemukan noda seperti cairan darah yang sudah mengering di tanaman yang ada di sekitar balkon tersebut.

"Menurut hasil penelitian tim forensik terhadap sampel yang saya bawa itu, mereka menyatakan bahwa di dalam sampel tersebut terdapat DNA yang mirip dengan DNA manusia. Tim forensik menyimpulkan jika, sampel tersebut adalah darah manusia, Komandan," ucap Ishna memberikan penjelasan.

Keenan mengernyit. Ia kemudian menatap Ishna dengan saksama sebelum akhirnya tersenyum.

"Tidak salah saya menunjuk kamu sebagai koordinator tim di lapangan. Kamu berhasil membuat saya kembali terkesan dengan pengamatan detail yang kamu lakukan."

Ishna tersenyum tipis. "Izin, Ndan ... saya justru ingin menanyakan sesuatu kepada komandan karena komandan adalah orang yang menemukan senjata laras panjang di balkon bank tersebut. Apakah ada orang yang terluka saat komandan sampai di balkon tersebut?" tanya Ishna tegas.

Keenan diam sejenak sebelum kembali tersenyum tipis. Ia kemudian membuka perban yang ada di lengan kirinya.

"Kemungkinan besar itu adalah darah saya. Pelaku berhasil melukai saya dengan pisau sebelum pergi," ucap Keenan seraya menunjukkan lengan kirinya yang masih tampak sedikit menganga itu.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang