Chapter 26 - Revenge

727 122 64
                                    

"Saya sedang rapat, Marco!" ucap Presiden Latief geram saat salah seorang ajudan pribadinya tiba-tiba saja masuk tanpa permisi ke ruang rapat terbatas yang sedang digelar oleh bapak presiden dengan beberapa orang staff jajarannya dan beberapa menteri guna membahas beberapa kemungkinan mengenai resesi global yang mungkin saja dapat memberikan dampak bagi perikonomian dan kehidupan negeri ini.

Matanya membulat saat melihat ajudan pribadinya berjalan cepat dan mendekati dirinya.

"Izin, Bapak, ada hal mendesak yang ingin saya sampaikan," ucap ajudan pribadi itu tegas.

Presiden Latief diam sejenak. Ia menatap ajudan pribadnya itu sejenak. Sorot matanya mengisyaratkan sesuatu. Presiden Latief mengangguk tipis. Ia berdehem sejenak dan menatap anggota rapatnya sejenak.

"Mohon maaf, sepertinya rapat ini saya skors selama beberapa menit," ucap Presiden Latief tegas.

Pria setengah baya itu segera keluar dari ruangan rapat. Ia berjalan ke ruang kerjanya dan menutup pintu masuk ruangan tersebut.

"Ada masalah apa?" tanyanya tegas.

Ajudan pribadi itu mengambil ponsel pintarnya dan menunjukkan sebuah video singkat lain yang berhubungan dengan analisa dari akun misterius mengenai orang yang melakukan pemukulan di villa mewah kemarin.

Mata Presiden Latief membulatkan matanya. Rahangnya mengerat dengan tangan yang terkepal kuat. Dalam video singkat tersebut memunculkan sebuah analisis dengan cara mengambil sedikit gambar bergerak yang di samarkan. Pemilik akun tersebut membuka perlahan wajah yang di samarkan tersebut dan sengaja memperbesarnya dan mencocokkan gambar yang ia dapat dengan gambar dari orang yang di maksudkan.

Gambar yang dijelaskan pertama kali adalah AKP Keenan. Dalam narasi dengan suara yang di samarkan, pemilik akun misterius tersebut memberikan penjelasan jika AKP Keenan adalah seorang penyidik kasus yang sedang viral, yaitu kasus pembunuhan Komjen Pol Fery Prayoga dan kasus percobaan pembunuhan terhadap presiden. Dalam video tersebut tampak Keenan yang sedang menyekap Ishna dan mengambil sebuah pistol dari lantai.

Gambar kedua, pemilik akun tersebut memberikan penjelasan mengenai wajah dari Irjen Pol Adam yang telah dicopot sementara dari jabatannya lantaran terlibat kasus pelanggaran kode etik penjemputan buronan Dwi Tjokro.

Publik juga kembali dikejutkan dengan gambar ketiga yang diperjelas dan diperbesar. Tampak wajah Jenderal Indra ada dalam layar. Dalam kasus penganiayaan tersebut, Jenderal Indra tidak terlalu banyak memegang peranan. Pria setengah baya itu hanya berdiri di tepian kolam renang dekat dengan pintu dan mengenakan jaket kulit warna hitam.

Melihat satu per satu wajah dari orang yang melakukan penganiayaan terhadap Nuraga terkuak. Melihat hal itu, wajah Presiden Latief berubah pucat. Ia mulai sedikit merasa ketakutan jika wajahnya ikut diperjelas. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana masyarakat nanti akan berkomentar.

Tanpa diduga, video tersebut berhenti tepat saat wajah terakhir, yaitu wajah Presidn Latief diberikan lingkaran merah.

"Kami akan mengungkapkan siapa dalang dari penganiayaan ini. " Video pun berhenti.

Presiden Latief mengembuskan napas kasar. Ia menatap tajam ajudan pribadinya. "Minta pada pihak tim cyber Polri menangkap siapa orang di balik akun ini. Jika sampai wajah saya diperjelas, bahaya!" ucapnya tegas.

Ajudan pribadi itu segera keluar dari ruang kerja presiden dan melaksanakan perintah dari atasannya. Presiden Latief segera mengambil ponsel rahasia yang ia simpan di meja kerjanya. Ponsel yang dikhususkan untuk berkomunikasi dengan squad 112 yang ia buat.

"Sudah lihat video yang beredar di media social? Berikan perintah pada tim cyber untuk melacak pemilik akun itu. Akun sudah di lihat hampir lima juta orang dan dikomentari lebih dari satu juta komentar. Anda harus bergerak cepat Jenderal Indra! Nama saya sedang dipertaruhkan saat ini!" ucap Presiden Latief menahan kesal sebelum akhirnya memutuskan sambungan komunikasinya.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang