"Jadi ...dia polisi?" tanya Nuraga lirih. Matanya masih memandang foto Keenan di layar laptopnya.
"Dia intelejen terbaik yang kami miliki. Jadi benar jika AKP Keenan bergabung dengan galvaska?" tanya Ishna. Matanya masih terus menatap Nuraga. Ia masih mencoba menyelidiki kemungkinan jika bisa saja Nuraga berbohong.
"Benar. Teknik intelejennya memang sangat baik. Saya dan mr. Big sering menjalankan tugas bersama. Anggota galvaska ada lima orang. Kami bergabung dari seluruh matra dengan semua ketrampilan dan kemampuan yang kami miliki masing-masing. Awalnya, galvaska adalah tim yang solid di bawah naungan Komjen Fery.
"Namun, semakin hari misi kami terbongkar. Yang paling parah adalah saat kami sudah nyaris berhasil menangkap buronan Dwi Tjokro, salah satu anggota kami tertangkap dan tidak kembali. Hingga akhirnya hanya tersisa kami bertiga. Saya, mr. Big, dan Denver. Namun, saya tidak tahu keberadaan Denver.
"Denver adalah ahli IT kami. Dia yang memiliki ide untuk memasang microchip di lengan kami yang berfungsi sebagai alat pelacak, " ucap Nuraga seraya menunjukkan tonjolan kecil di lengan kirinya.
"Semua anggota galvaska memakainya. Termasuk, mr. Big," lanjut Nuraga lirih.
Gavin menatap lengan itu, lalu mengangguk. Ia mencoba mencari dan melacak sistem keamanan yang dimiliki galvaska.
"Ini agak sulit. Lo kayaknya mending lepas aja mircochipnya. Gue takut, tim cyber dapet sinyal dari alat pelacak yang ada di tubuh lo terus bikin lo ketangkep," ucap Gavin seraya mengutak atik laptopnya.
Nuraga mengangguk. Ia mengambil pisau dari balik jaket kulit yang di kenakan Gavin. Tanpa pikir panjang, pemuda itu menyayat sendiri lengan kirinya. Ia meringis, seraya mengambil michochip dari dalam tubuhnya.
"Biar gue cek," ucap Gavin meminta microchip itu.
"Saya boleh minta pisaunya?" tanya Ishna.
Nuraga memgernyit, lalu memberikan pisau itu tanpa berkomentar apa pun.
"Ndan, rencana kita apa?" bisik Gavin pada Ishna saat ia melihat Nuraga beranjak dari tempat duduknya.
Ishna mengembuskan napas kasar seraya menggeleng. Ia mengambil plastik bening berisi pisau bercampur darah milik Nuraga. "Saya mau serahkan ini ke tim forensik untuk di cocokkan dengan sampel darah yang saya bawa kemarin," jawab Ishna santai. Ia segera menyimpan pisau itu di dalam tas ranselnya.
"Setelah itu?" tanya Gavin lagi.
Ishna menatap tepat pada kedua mata anak buahnya itu sebelum menggedikkan bahunya. Ia kemudian cepat-cepat melemparkan tatapannya pada Nuraga yang sedang menyantap makanannya.
"Apa rencana Anda setelah ini, Tuan?" tanya Ishna tegas.
Nuraga mendongak. Susah payah ia menelan makanannya sebelum akhirnya menjawab, " Sepertinya saya akan mencari keberadaan anak bungsu Komjen Fery. Karena menurut keterangan terakhir Komjen Ferry, seluruh bukti sudah ia kirimkan pada putri bungsunya itu. "
Gavin mengangguk paham. Ia kembali berkonsentrasi dengan laptopnya.
Ishna mengernyit saat mendengar suara ponselnya berdering dan menampilkan nama AKP Keenan di sana.
AKP Keenan is calling ....
"AKP Keenan telepon," ucap Ishna seraya menunjukkan ponsel pribadinya pada Gavin dan Nuraga.
"Ga, gimana?" tanya Gavin mulai panik.
Nuraga diam sejenak, kemudian menatap Ishna dengan saksama.
"Angkat saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVASKA √ TAMAT
ActionGalvaska dalam bahasa Latvia disebut Tengkorak. Lanjutan Mission X. Dapat dibaca terpisah. _____________ Semua tokoh, adegan, kejadian, dan semua hal dalam cerita ini adalah fiktif belaka. Harap di sikapi dengan bijak. Rate cerita 18+ harap bijak...