"Untuk apa kamu datang ke sini? Mau memfitnah saya?"
Jenderal Indra menatap Kyra sinis saat melihat Kyra duduk dan datang sebagai pengunjung.
Kyra mendongak, menatap Jenderal Indra tajam. Ia tersenyum miring seraya meletakkan kedua tangannya bersedekap di atas meja.
"Saya tahu, semua itu bukanlah fitnah, Jenderal. Saya tahu pasti memang Anda pelakunya. Anda yang menembak papa saya. Saya punya bukti yang sangat jelas dan dapat menjebloskan Anda semua ke bui. Namun, ... sepertinya ada yang menjadi pengecut dalam perang ini.
"Anda berkelit! Apa karena ada nama besar yang berdiri di belakang Anda dan Anda memasang badan untuk orang itu?" ucap Kyra tegas dengan penuh penekanan.
Jenderal Indra mendengus. "Kalian tidak akan bisa mengungkapkan semuanya. Bukti melalui vidio itu rentan di rekayasa! Kamu ingin menjatuhkan kami? Jangan harap akan berhasil!" ucap Jenderal Indra tegas.
"Sidang kode etik menanti Anda, Jenderal. Kami akan membuktikan pada penyidik dan masyarakat jika vidio yang kami miliki bukanlah rekayasa. Jika Anda merasa aman pada posisi Anda sekarang ini, silahkan saja. Bukankah seharusnya orang yang Anda lindungi mengeluarkan Anda dari kubangan ini?"
Jenderal Indra tampak tersentak dengan ucapan Kyra barusan. Kyra menyatukan kedua tangannya di atas meja. Ia tahu dia harus membuang jauh-jauh rasa takutnya. Kyra berusaha menyembunyikan kedua tangannya yang terus saja bergetar sejak tadi. Belum lagi ia juga berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Jenderal Indra.
"Kamu, anak bau kencur tahu apa soal urusan ini? Lihatlah dulu musuhmu baik-baik sebelum menggertak!" ucap Jederal Indra tegas. Ia tersenyum miring menatap Kyra remeh.
"Saya hanya berharap Anda selamat! Saya mendapatkan informasi jika orang yang Anda lindungi memiliki rencana untuk membunuh Anda juga."
Jenderal Indra sedikit terkejut, tetapi tidak lama ia menetralkan kembali ekspresinya.
"Omong kosong. Saya orang kepercayaannya, mana mungkin dia akan membunuh saya. Dia tahu saya orang yang setia ...."
"Namun, Anda tidak tahu seberapa liciknya dia! Saya tidak menuntut Anda untuk percaya, tetapi cukup Anda menjaga diri dan berhati-hati. Karena keterangan Anda menentukan segalanya. Saya yakin di balik diri Anda yang angkuh masih memiliki hati nurani. Saya masih berharap Anda berkata jujur. Saya masih percaya jika Anda akan menjadi justice collabolator yang sesungguhnya."
Kyra beranjak dari kursinya. Tanpa menoleh kembali ke belakang, ia berjalan meninggalkan ruang pertemuan khusus antara dirinya dan Jenderal Indra. Kyra berjalan perlahan, tiba-tiba langkahnya mulai gontai dan Kyra pun jatuh terduduk. Ia memegangi dadanya dan mulai menangis tersedu-sedu.
"Kyra .... "
Gadis itu mendongak. Airmatanya membuat penglihatannya kabur, tetapi ia tahu pria di hadapannya itu kini memeluknya dengan begitu hangat.
"Kenapa kita nggak biarkan dia mati aja, Om. Dia udah bunuh papa ... dia udah merampas papa dari Kyra," ucap Kyra dalam dekapan Galang.
Pria itu mengusap lembut punggung Kyra. Ia tidak menjawab apa pun. Galang hanya diam saat menjadi sandaran bagi Kyra yang masih menangis begitu pilu. Galang memutuskan untuk duduk di bangku koridor mabes bersama Kyra yang masih terisak di bahunya.
"Sudah belum menangisnya? Kaos om sudah basah," ucap Galang seraya menahan tawanya. Tangannya masih melingkar di pundak Kyra.
"Kok, om nggak lepasin pelukannya?"
Galang membulatkan matanya, dengan cepat ia menarik tangan dari bahu gadis itu. Sementara, Kyra masih mengusap wajahnya yang basah dengan ujung kaos yang dikenakan Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVASKA √ TAMAT
ActionGalvaska dalam bahasa Latvia disebut Tengkorak. Lanjutan Mission X. Dapat dibaca terpisah. _____________ Semua tokoh, adegan, kejadian, dan semua hal dalam cerita ini adalah fiktif belaka. Harap di sikapi dengan bijak. Rate cerita 18+ harap bijak...