Chapter 23 - Reveal The Truth

684 114 71
                                    

"Selamat petang, terima kasih sudah menunggu. Perkenalkan, saya ajudan pribadi bapak presiden. Mari silakan ikut saya. Bapak sudah menunggu Anda berdua di ruangannya, " ucap salah seorang pria dengan jas serba hitam dan alat komunikasi di telinganya.

Ishna dan Kyra yang telah menunggu cukup lama di ruang tunggu istana pun saling menatap. Ishna tampak mengangguk sebelum akhirnya mereka berjalan mengikuti langkah orang berjas hitam tersebut.

Ishna dan Kyra kembali saling menatap saat mereka sampai di halaman belakang istana. Mereka melihat bapak presiden sedang memberi makan ikan koi yang sengaja ia pelihara di kolam istana.

"Izin, Bapak, Nona Kyra putri Komjen Fery dan Ipda Ishna sudah hadir," ucap orang tersebut memberikan laporan.

Presiden Latief tampak mengangguk dan memberikan kotak tempat makan ikan itu kepada ajudannya. Presiden Latief tersenyum, lalu menatap Kyra dan Ishna.

"Maaf sudah menunggu. Kebetulan kegiatan saya sedang padat hari ini. Bagaimana? Ada perlu apakah Anda berdua meminta waktu saya?" tanya Presiden Latief dengan senyum ramahnya.

Ishna memberikan hormat dan menatap tajam ke arah pemimpin negara itu.

"Siap, Izin, Bapak, saya dan Nona Kyra, putri dari Komjen Fery akhirnya berhasil mendapatkan bukti-bukti mengenai kasus suap dan perjudian yang melibatkan Dwi Tjokro, Tjokro Corporation, dan beberapa elit negara. Sesuai arahan Komjen Fery, Kyra ingin memberikan semua bukti tersebut sendiri kepada bapak presiden," ucap Ishna tegas.

Presiden Latief mengangguk dan tersenyum, lalu ia menatap Kyra penuh arti.

"Jadi, benar Komjen Fery memiliki semua bukti skandal Tjokro Corporation?" tanya Presiden Latief lembut.

Kyra yang semula menunduk perlahan pun mendongak. Matanya berkaca-kaca seraya mengangguk. Ia mengambil flashdisk dari dalam tasnya dan memberikannya pada Presiden Latief.

"Tidak ada yang dapat saya percaya saat ini, Bapak Presiden. Sesuai arahan dari papa, beliau meminta jika sesuatu terjadi pada papa, saya harus dapat memastikan semua bukti yang di dapat oleh papa diterima sendiri oleh bapak presiden. Untuk itu, saya memutuskan untuk menyerahkan sendiri bukti-bukti ini," ucap Kyra sopan.

Presiden Latief menatap flashdisk di hadapannya, lalu tersenyum.

"Saya terima dengan senang hati. Namun, sebelumnya, izinkan saya membukanya terlebih dahulu," ucap Presiden Latief.

Mendengar itu, Ishna dan Kyra pun mengangguk bersamaan.

Presiden Latief meminta ajudan pribadinya untuk mengambilkan laptop miliknya dan membuka file dalam flashdisk tersebut. Ia menatap layar laptop tersebut dengan saksama, lalu tersenyum.

"Apakah hanya ini bukti-bukti yang di miliki oleh Komjen Fery?" tanya Presiden Latief.

Ishna dan Kyra saling menatap. "Benar, Bapak. Hanya itu yang diberikan papa saya," jawab Kyra tegas.

Presiden Latief kembali mengangguk dan mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Saya terima bukti-bukti ini. Saya akan mengambil langkah tegas berkenaan dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saya juga akan memantau kasus pembunuhan terhadap Komjen Fery," ucap Presiden dengan suara berat.

Kyra mengangguk.

"Kalian akan diantarkan oleh ajudan saya. Sebagai ucapan terima kasih dan apresiasi saya terhadap kejujuran dan kinerja Komjen Fery. "

Presiden Latief kemudian mengambil telepon pribadinya dan tampak menghubungi seseorang.

"Orang saya sudah menunggu Anda di halaman belakang istana ini. Dia akan mengantarkan Anda berdua," ucap Presiden Latief kemudian. Ia meninta izin untuk melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu, Ishna dan Kyra kembali mengikuti langkah ajudan pribadi presiden menuju ke arah belakang halaman istana.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang