"Ada yang aneh, ada video dari akun misterius dengan nama VelocyHector yang update tentang runtutan squad 112. Lo tahu siapa orangnya?" tanya Gavin usai menyaksikan sebuah video pendek tersebut pada ponsel pintarnya. Ia menunjukkan apa yang baru saja ia lihat itu pad Nuraga dan Denver.
"Gue nggak upload masalah itu," ucap Denver dengan mata membulat.
Nuraga diam sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan beranjak dari tempatnya. "Itu Om gue. Sebentar lagi orangnya datang. Dia bersedia gabung buat bantuin kita ungkap kasus ini di media," ucap Nuraga santai seraya berjalan menuju pintu dan membuka pintu tersebut.
Di ambang pintu tersebut tampak Galang sudah berdiri dengan melepaskan kacamata hitamnya. Ia tersenyum kepada semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
Naraya yang melihat pria berpenampilan santai itu pun segera menghambur memeluk tubuh adik sepupu dari mamanya itu erat.
"Om Galang!" ucapnya seraya menangis dalam pelukan Galang.
"Yah, baru dateng lo udah mellow. Nggak usah mewek, deh, Ra! Gue tahu lo kangen," ucapnya selengekan.
"Nangis karena papa nggak ada, bukan nangisin Om Galang," ucap Naraya di sela-sela isak tangisnya.
Galang diam sejenak. Ia mengembuskan napas panjang seraya mendekap erat tubuh Naraya.
"Gue juga sedih denger kabar dari papa lo. Lo nggak usah khawatir, ada gue," ucap Galang lembut.
"Om Galang bukan papa."
"Ya, memang. Malah serem kalau gue jadi papa lo. Nikah aja belum udah dapet anak segede gini aja," ucap Galang seraya tertawa kecil di tempatnya.
Naraya melepaskan pelukannya dan mengusap airmatanya. Sementara itu, Galang berjalan perlahan menghampiri Kirana dan memeluk kakak sepupunya itu.
"Maaf, waktu pemakaman Mas Erlan, gue lagi di Singapura, Mbak," ucap Galang lembut.
Kirana menahan air matanya. Ia mencoba tersenyum berkata, "Doakan Mas Erlan, ya, Gal."
Nuraga mengembuskan napas kasar. Ia memalinkan tatapannya dari kedua orang yang berpelukan itu dan meneguk minuman dingin di atas meja.
"Jadi, Om yang bocorkan soal squad 112 dan beberapa kasus yang mereka tangani?" tanya Nuraga setelah ia selesai menghabiskan minuman dinginnya.
Galang mengangguk. "Udah saatnya gue bocorin. Rasa-rasanya kasus ini sudah semakin nggak jelas arah dan juntrunganya. Biarin aja seluruh dunia tahu apa itu squad 112." Pandangan Galang beralih pada Kirana yang masih sibuk mengusap air mata yang ternyata tanpa sadar membasahi wajahnya itu.
"Lo nggak tahu soal ini, Mbak?" tanya Galang seraya duduk dan menyilangkan kakinya.
"Squad itu rahasia. Nggak semua staff tahu. Hanya rumornya memang ada squad khusus yang ditunjuk oleh presiden untuk menangani kasus-kasus tertentu. Yang mbak tahu hanya Galvaska yang akhirnya justru dikambinghitamkan,"jawab Kirana tegas.
'Posisi squad 112 ini sedikit lebih tinggi dari Galvaska. Mereka terdiri dari para elit, petinggi yang berpengaruh di tempat masing-masing. Digunakan untuk mengontrol dan meredam segala hal yang mungkin dapat menjatuhkan nama seorang Abdul Latief. Mereka juga punya staff ahli bagian IT yang bertujuan menghalau para hacker agar tidak dapat melacak komunikasi mereka. Mereka sengaja buat system keamanan yang sama dengan system pada tim cyber polisi. Namun, mereka lupa, masih berkomunikasi menggunakan nomor profider yang lebih mudah dilacak," ucap Galang seraya tersenyum miring.
"Om lo, hecker?" tanya Denver setengah berbisik pada Nuraga.
Nuraga tersenyum. "Gue ,sih, bilangnya dia tukang ngobrak ngabrik system orang. Udah susah- susah dibuat system pengamanan, ee dibobol sama dia. Anehnya, setelah itu justru dapat bayaran gede," ucap Nuraga seraya menatap kea rah Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVASKA √ TAMAT
AcciónGalvaska dalam bahasa Latvia disebut Tengkorak. Lanjutan Mission X. Dapat dibaca terpisah. _____________ Semua tokoh, adegan, kejadian, dan semua hal dalam cerita ini adalah fiktif belaka. Harap di sikapi dengan bijak. Rate cerita 18+ harap bijak...