Chapter 08 - Deep Condolences

641 93 30
                                    

"Selamat pagi, Nona, izin mem---"

Gavin terdiam saat Kyra membuka pintu kamarnya. Ia mengerjap beberapa kali, menatap Kyra yang berdiri dihadapannya.

"Mas Seto?" tanya Kyra saat melihat nametag yang mengalung di leher Gavin.

Gavin tampak gelagapan, lalu membuka kalung itu dan mengulurkan tangannya.

"Izin memperkenalkan diri, saya Bripda Gavin Putra Mahendra. Saya diperintahkan oleh AKP Keenan untuk menjaga Anda selama-lamanya eh, maksud saya selama acara," ucap Gavin seraya tersenyum lebar.

Kyra menatap tangan Gavin yang menggantung itu sejenak. Namun, Kyra hanya mengangguk. Ia berjalan begitu saja meninggalkan Gavin.

Gavin cepat-cepat mengekori Kyra di belakangnya. Gadis itu buru-buru turun ke lantai bawah karena mendapat telepon dari Kevara jika bapak Kapolri dan Presiden akan segera tiba untuk mengucapkan ungkapan duka cita.

"Kyra, akhirnya kembali juga ke Indonesia," ucap Irjen Adam saat bertemu dengan Kyra di ruang tengah.

Kyra mengangguk dan menjabat tangan Irjen Adam sopan. Namun , gadis itu lebih memilih diam. Matanya menatap ke arah peti jenazah di mana sang ayah berada.

"Permisi, Om," ucap Kyra sopan seraya berjalan meninggalkan Irjen Adam. Ia berjalan lemah menuju peti jenasah. Kyra diam menatap tajam ke arah peti dan tanpa terasa gadis itu menangis sembari menyentuh bagian dadanya.

Kyra mengernyit saat Gavin memberikan sapu tangannya kepada Kyra. Ia mendongak, menatap Gavin yang tersenyum ke arahnya.

"Kalau mau menangis, jangan di tahan, Nona. Menangis tidak akan membuat Anda di katakan cengeng. Siapa yang tidak akan menangis kehilangan seorang ayah secara mendadak seperti ini," ucap Gavin lembut.

Kyra meraih sapu tangan itu dan menggunakannya untuk mengusap airmatanya yang menetes.

Tak lama, Kyra harus bersiap menuju ke depan rumahnya untuk menyambut kedatangan Kapolri, Jenderal Indra dan bapak presiden yang dikawal dengan ketat.

"Saya mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Komjen Fery Prayoga. Beliau adalah salah satu senior saya saat kami masih berada di Akademi. Tekad dan dedikasinya terhadap institusi, bangsa, dan negara patut kita hargai, kita apresiasi. Jujur, saya pribadi dan mewakili institusi merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Komjen Fery Prayoga.

"Saya berjanji kepada keluarga akan membuka kasus pembunuhan Komjen Fery ini seterang-terangnya dan akan menangkap pelaku penembakan yang kini masih melenggang bebas. Saya harap, keluarga yang ditinggalkan dapat kuat, sabar, dan ikhlas menerima takdir ini, " ucap Jenderal Indra dalam pidatonya.

Ucapan duka cita juga di sampaikan oleh Presiden Abdul Latief dalam pidatonya. Raut kesedihan terukir jelas di wajah bapak presiden.

"Jujur, negara kehilangan satu lagi orang baik, penuh dedikasi, memiliki pengabdian total pada negara. Saya pribadi merasa bangga pernah dan sempat mengenal sosok Komjen Fery Prayoga. Beliau adalah sosok petinggi polisi yang tegas dan berwibawa, keras terhadap hal-hal menyangkut prinsip, tetapi beliau juga sosok suami dan ayah yang hangat kepada keluarga.

"Saya sangat terkesan dengan pribadi Komjen Fery yang hangat, ramah, dan memiliki pembawaan yang tenang. Pernah saya tanya pada beliau, kenapa ketiga putrinya tidak ada satu pun yang mengikuti jejaknya sebagai polisi. Beliau kemudian bercerita jika Kevara, putri keduanya sudah berniat mendaftarkan diri menjadi perwira polisi, tetapi beliau melarang.

" Alasannya adalah beliau tidak mau nanti Kevara mendapat perhatian khusus dari tim seleksi karena ketahuan punya ayah seorang perwira tinggi polisi. Akhirnya Kevara memupus keinginannya menjadi polisi dan memilih bersekolah di jurusan hukum dan sekarang sudah lulus. Sedang melanjutkan S2 di Jogjakarta. Mengambil magister kenotariatan.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang