Chapter 22- Regret

683 114 46
                                    

"Selamat malam, Bapak Presiden!" sapa Jenderal Indra usai memberikan hormatnya.

Presiden Latief tampak tersenyum tenang dan mempersilakan ketiga orang tersebut untuk duduk di tempat masing-masing. Presiden Latief kembali menatap ketiga orang di hadapannya itu dan membenahi jaket kulitnya, lalu tersenyum.

"Terkejut melihat saya di sini?" tanya Presiden Latief memecah kesunyian.

"Izin, Bapak, kami sungguh tidak menyangka jika big boss adalah ...." Irjen Adam menghentikan ucapannya saat melihat Presiden Latief mengangguk dan kembali tersenyum.

"Saya harus main cantik untuk masalah ini, Irjen Adam. Saya tidak mau elektabilitas saya menurun karena masyarakat membaca pergerakan saya. Jujur saja, saya menyarankan Komjen Fery untuk membentuk Galvaska dengan tujuan kasus ini tetap dalam pengawasan saya langsung. Karena seperti yang Anda ketahui bersama, besan saya, Bayu Tjokro adalah sepupu dari Dwi Tjokro. Pak Bayu juga terlibat dalam kasus pencucian uang ini. Namanya jelas akan tercantum dalam daftar transfer.

"Saya memilih Komjen Fery karena saya pikir dia akan mudah diatur dan menuruti perintah. Saya pikir juga Galvaska tidak secepat itu menelusuri jalur perputaran uang milik Tjokro Corporation. Namun, Komjen Fery bekerja lebih cepat daripada yang saya duga. Untung saja saya merekomendasikan Keenan sebagai salah satu anak buahnya. Dia bertugas menjadi mata-mata saya dan berhasil menjalankan tugas dengan baik.

"Sehingga sebelum hal yang saya takutkan terjadi, saya berhasil meredamnya. Saya sangat menyayangkan Komjen Fery berakhir dengan begitu tragis. Namun, semua itu saya rasa sepadan dengan kekacauan yang nantinya akan terjadi jika dia berhasil berilis semua bukti itu.

"Dalam pertemuan ini saya juga ingin meminta maaf pada kalian berdua, karena saya terpaksa harus mencopot Anda berdua dari jabatan. Saya rasa itu perlu dilakukan mengingat ada pelanggaran kode etik saat penjemputan Dwi Tjokro di Singapura. Kasus ini benar-benar telah di soroti. Untuk itu, saya memutuskan mengambil langkah-langkah cepat agar masyarakat tetap kondusif. Jenderal Indra dan Irjen Adam tidak perlu khawatir, usai masalah ini, saya akan mengembalikan kembali posisi Anda berdua, " ucap Presiden Latief dengan senyum di bibirnya.

"Siap, Bapak. Lalu, apa yang bapak inginkan dengan mengumpulkan kami di tempat ini?" tanya Jenderal Indra sopan.

Presiden Latief menatap Jenderal Indra sejenak sebelum mengalihkan tatapannya pada Keenan.

"Anak buah Ansa sudah melaporkan pada saya jika berhasil memperoleh bukti-bukti itu, benar, kan?"

Keenan menegakkan posisi duduknya seraya menayap Presiden Latief. "Siap, izin, benar, Bapak. Saya sudah mendapatkan buktinya, " ucap Keenan penuh keyakinan. Ia segera mengambil kalung dengan bandul serigala hitam dari dalam saku celananya, lalu memberikannya pada Presiden Latief.

"Buka, " titahnya tegas.

Keenan bangkit dari tempat duduknya dan meraih laptop yang ada di dalam tas ranselnya. Keenan mencoba membuka kalung tersebut yang ternyata berisi sebuah memori card di dalamnya.

Semua orang dalam ruangan tersebut tersenyum, terlebih saat Keenan berhasil membuka memori card tersebut. Keenan menghentikan aktifitasnya saat melihat sebuah folder bertuliskan "Do not Open" satu-satunya folder yang ada di dalam memori card tersebut.

"Hanya ada satu folder, Bapak," ucap Keenan singkat.

"Buka saja. Mungkin memang itu buktinya," ucap Presiden Latief memberi perintah. "Jika sudah,segera hapus, kemudian bakar.  Pastikan tidak ada lagi jejak mengenai bukti-bukti itu!" lanjut Presiden Latief tegas.

Keenan mengangguk. Ia segera mengarahkan kursor pada folder tersebut dan membukanya.

"Peek a boo! Mendapatkan bukti kejahatan itu bukan perkara yang mudah, Jenderal! Siapa pun Anda, lebih baik berhati-hatilah. Anda tidak akan lolos dari saya!"

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang