Chapter 17 - Black Hole

679 116 38
                                    

"Sepertinya penjemputan ini akan membawa nama bapak dan institusi semakin melambung," ucap Dwi Tjokro saat duduk di salah satu kursi pesawat jet pribadi yang sengaja digunakan tim untuk melakukan penjemputan.

Jenderal Indra tersenyum seraya menatap Dwi Tjokro dengan saksama.

"Semua harus dilakukan sesuai porsinya, Pak Dwi, " jawab Jenderal Indra seraya tersenyum.

"Menurut laporan anak buah bapak, katanya orang yang dikambing hitamkan adalah seorang tentara? Apa tidak ada masalah?"

"Tenang saja, Pak Dwi. Orang itu ada dalam pengawasan denpom saat ini. Dia tidak akan bisa berkutik dan lepas dari tuduhan. Sementara orang yang Anda khawatirkan, polisi wanita itu sudah ditangani oleh AKP Keenan. Kini berpihak pada kita, Pak," ucap Irjen Adam.

Dwi Tjokro mengangguk dan tertawa puas.

"Menurut kabar anak buah saya, polwan itu cukup berbahaya. Katanya dia berulang kali mengunjungi dokter forensik untuk menanyakan hal itu. Saya sudah keluarkan banyak uang untuk menutup kasus ini rapat-rapat, paling tidak saya harus menerima timbal balik atas apa yang sudah saya berikan," ucap Dwi Tjokro tegas.

"Pak Dwi tenang saja. Tidak akan ada yang akan mengusik Pak Dwi setibanya di tanah air nanti. Termasuk, hukuman yang nanti akan diterima Pak Dwi. Semua sudah kami kondisikan dengan seaman mungkin. Setelah sampai di bandara akan ada konferensi pers sejenak sebelum kami akan mengirim bapak ke Hotel Indonesia. Kami jamin, tidak akan ada yang mengetahui hal ini," ucap Irjen Adam.

Dwi Tjokro tersenyum. "Saya minta kosongkan Hotel Indonesia, saya tidak mau terlalu banyak orang tahu saya ada di sana. Dan yang paling penting, sediakan beberapa orang wanita penghibur, saya pasti akan sangat kesepian jika berada di dalam kamar sendirian," ucap Dwi Tjokro sebelum akhirnya tertawa.

Jenderal Indra dan Irjen Adam kembali tertawa dan mengangguk paham. "Sebelumnya kita adakan pertemuan dengan jaksa dan hakim yang akan menangani kasus bapak. Saya sudah membawakan pesanan bapak untuk mereka," bisik Irjen Adam lagi.

Dwi Tjokro kembali tertawa. Ia mengangguk puas. "Biarkan saya sendiri yang menemui mereka. Anda siapkan saja uangnya," lanjut Dwi Tjokro.

Pesawat jet pribadi itu pun akhirnya mendarat di Bandara Soekarno Hatta setelah melakukan perjalanan kurang lebih lima puluh lima menit. Tangan Dwi Tjokro telah di ikat dengan pengawalan ketat dan pendampingan langsung dari Jenderal Indra dan Irjen Adam.

Sesuai rencana, sesampainya mereka di pintu kedatangan bandara, pihak kepolisian akan melakukan konferensi pers terlebih dahulu terkait dengan penangkapan Dwi Tjokro. Kedatangannya pun menggunakan kamuflase pesawat komersil biasa yang lebih dahulu mendarat.

"Kami telah berhasil melakukan penangkapan dan penjemputan terhadap buronan paling di cari Bapak Dwi Tjokro. Untuk lebih lanjut, yang bersangkutan akan menjalankan pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang berlaku," ucap Jenderal Indra tegas.

"Penahanan tetap akan di laksanakan di rutan Bareskrim sesuai dengan ketentuan," lanjut Jenderal Indra saat menanggapi pertanyaan dari beberapa orang wartawan.

Usai melakukan konferensi pers, kedua perwira tinggi itu melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Hotel Indonesia sesuai dengan kesepakatan awal.

"Hotel aman?" tanya Irjen Adam pada Keenan saat bertemu di lobi hotel.

Keenan mengangguk usai memberikan hormatnya pada Irjen Adam dan Jenderal Indra.

"Hotel sudah kami kondisikan, Jenderal. Hanya ada beberapa pegawai hotel dan general manager hotel yang tersisa di sini. Selebihnya tidak ada tamu lagi di hotel ini, Jenderal," jawab Keenan memberikan laporannya.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang