Chapter 34 - Impeachment

689 117 60
                                    

Breaking News : Jenderal Indra, tersangka pembunuhan Komjen Fery Prayoga dinyatakan meninggal dunia usai menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Medica International. Investigasi besar-besaran segera dilakukan. Mengingat hasil autopsi menunjukkan adanya kandungan zat arsenik di lambungnya yang dosisnya melebihi ambang batas.

"Saat datang ke UGD rumah sakit kondisi Jenderal Indra masih menahan sakit teramat sangat di bagian perutnya. Kami memberikan treatmen dan obat, lalu beliau berhasil melewati masa krisis. Sempat membaik dua hari sebelum beliau berpulang. Saya sendiri yang memberikan rekomendasi jika Jenderal Indra sudah dapat diperbolehkan pulang karena diagnosa awal hanyalah alergi makanan.

"Menurut keterangan pihak keluarga, Jenderal Indra memiliki riwayat alergi protein susu dan menurut penelitian tim kami ada makanan yang beliau santap yang mengandung alergen tersebut. Beliau sempat masuk ke ruang ICU sebelum akhirnya meninggal dunia. Namun, setelah diadakan investigasi dan autopsi ternyata ditemukan zat arsenik di dalam lambungnya yang melebihi ambang batas."

Keterangan dari Kepala Rumah Sakit Medica International tersebut cukup membuat gempar masyarakat. Kematian Jenderal Indra mendadak memenuhi pemberitaan. Banyak orang mulai berspekulasi mengenai latar belakang Jenderal Indra dan Irjen Adam membunuh Komjen Fery.

Satu akun di sebuah media sosial kemudian memposting mengenai adanya squad 112 yang merupakan squad rahasia presiden, dimana di dalamnya disebutkan nama dari ketiga perwira tinggi polisi itu menjadi anggotanya.

"Mengenai squad 112 itu hanya rumors. Tidak ada. Hoax!" ucap sekretaris negara tegas.

Breaking News : Dikabarkan sakit, Presiden Latief seolah hilang ditelan bumi.

"Seharusnya, presiden menjawab keresahan masyarakat ini tentang squad rahasia yang beliau bentuk. Untuk apa? Apakah untuk memudahkan penyelidikan kasus, memudahkan di bidang intelejen, atau untuk menutupi kasus-kasus yang melibatkan presiden dan kroni-kroninya. Kepercayaan masyarakat terhadap presiden bisa merosot total kalau begini, " ucap salah seorang pakar politik yang banyak dikenal mengkritik kinerja presiden dan pemerintah, Andiansyah

"Sebentar lagi pemilihan umum. Komisi pemilihan umum bahkan sudah mengumumkan bakal calon presiden dan wakil presiden yang akan maju. Jika terdapat informasi seperti ini, apalagi jika nanti terbukti presiden terlibat dalam konspirasi ini, bahaya! Kita harus lengserkan segera dan copot dia dari bakal calon!" lanjut Andiansyah tegas.

Presiden Latief memejamkan matanya. Ia menyandarkan kepala di kursi malasnya usai mematikan siaran televisi yang barusaja membahas soal dirinya. Ia mengembuskan napas kasar seraya menatap ke ambang pintu. Ia terkejut melihat Airlangga berdiri di sana.

Airlangga memberi hormat dan berjalan perlahan, lalu berdiri tepat di hadapan Presiden Latief.

"Apa posisi saya buruk?" tanyanta dengan suara berat.

Airlangga menunduk sejenak. Ia mengambil secarik kertas dari dalam saku pakaiannya dan memberikannya kepada Presiden Latief.

"Apa ini?" tanyanya seraya mengernyit.

"Surat. Sebelum wafat, rupanya Jenderal Indra sempat menuliskan surat yang ditandatangani di atas materai. Surat itu ditujukan untuk saya. Saya sudah membacanya dan semua itu berisi mengenai pernyataan fakta yang diketahui oleh Jenderal Indra. Saya rasa, Anda perlu membacanya, Bapak Presiden," ucap Airlangga tegas.

Presiden Latief mengembuskan napas kasar. Ia tidak berniat membaca surat yang diberikan Airlangga itu. Ia justru meletakkannya di samping tempat duduknya.

"Masyarakat sudah mendesak saya untuk muncul dan mengungkapkan tentang squad 112. Saya tahu pihak berwajib pasti akan menyelidiki masalah ini cepat atau lambat. Tim investigasi mahakamah konstitusi apa sudah mulai bergerak?" tanya Presiden Latief lirih.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang