Extra Chapter 03

727 112 30
                                    

Nuraga menggenggam erat tangan Ishna saat terjun ke laut. Ia berusaha sekuat tenaga membawa Ishna menjauh dari kapal tersebut, mengingat bom yang terpasang di kapal akan berdampak besar dengan banyaknya kendaraan di kapal tersebut.

Nuraga berusaha membawa Ishna ke permukaan, bermaksud mengambil napas panjang sebelum kembali menyelam. Namun, diluar dugaan bom meledak. Dentuman dan api yang dihasilkan begitu besar. Berdampak pada gelombang air laut yang tersapu akibat dentuman keras.

Nuraga berusaha terus menggenggam tangan Ishna saat gelombang besar menghantam tubuhnya dan Ishna. Gelombang besar itu semakin membuat tubuh Ishna dan Nuraga terombang ambingdi tengah lautan dalam. Tekanan dalam air laut yang begitu kencang membuat genggaman tangan Nuraga dan  Ishna terlepas.

Nuraga berusaha keras mencari Ishna. Ia takut Ishna terbawa gelombang besar yang menggulung-gulung disana. Belum lagi serpihan besi dan api yang terpencar di sekitaran tempatnya berenang. Nuraga mencoba naik ke permukaan, wajahnya mulai panik karena ia juga tidak menemukan Ishna di permukaan.

"Sial!"

Nuraga kembali menyelam ia sengaja mengambil napas panjang agar mampu menyelam lebih dalam. Walau ia tidak mungkin menyelam terlalu dalam karena tidak menggunakan peralatan selam sama sekali. Nuraga berusaha mencari keberadaan Ishna. Namun, ia masih belum mampu menemukannya.

Nuraga kembali muncul ke permukaan saat tim penyelamat datang dengan speedboatnya.

"Mari, kami bantu."

Nuraga menggeleng. "Istri saya hilang. Saya harus segera menemukannya sebelum terlambat!" ucap Nuraga tegas. Ia naik ke speedboat tersebut untuk menggunakan alat penyelaman agar dapat menyelam lebih dalam. Usai mengenakannya, Nuraga dengan cepat masuk kembali ke dalam laut.

Dibantu oleh beberapa tim penyelamat, Nuraga kembali menyisir area dekat kapal. Matanya terkesiap saat melihat Ishna hampir tenggelem lebih dalam. Dengan cepat Nuraga bergegas menarik tubuh Ishna dan membawanya ke permukaan.

Tim penyelamat segera meraih tubuh Ishna  yang tak sadarkan diri itu dan meletakkannya di dalam speedboad. Nuraga dengan wajah panik terus memanggil nama sang istri, tetapi tidak kunjung mendapat jawaban. Ishna masih rapat menutup matanya.

Nuraga memberikan pertolongan pertama untuk orang tenggelam. Ia menekan bagian dada Ishna dan memberikan napas buatan dengan tujuan agar Ishna tersedak dan akhirnya dapat mengeluarkan semua air yang ada di dalam tubuh Ishna.

"Ayolah, Sayang jangan begini. Tolong, sadarlah," ucap Nuraga dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Ia tidak hentinya berusaha menyelamatkan Ishna. Hingga akhirnya, Ishna tersedak.

Beberapa kali Ishna terbatuk dan mengeluarkan banyak sekali air dari dalam mulutnya. Melihat hal itu, Nuraga akhirnya dapat bernapas lega. Dengan penuh haru, ia memeluk tubuh Ishna. Beberapa kali Nuraga juga menciumi wajah dan bibir Ishna. Ia tidak peduli jika di dalam speedboat itu orang-orang memusatkan perhatiannya pada mereka.

"Syukurlah kamu sadar, Sayang ... syukurlah. Mas nggak tahu apa jadinya hidup mas kalau kamu nggak ada," ucap Nuraga lirih. Tanpa sadar air matanya menetes di pipinya. Nuraga tersenyum seraya mengusap wajah Ishna lembut.

"Mas .... "

Nuraga mengangguk. "Kita pulang ya, Sayang," ucapnya lembut.

***

Selamat atas kenaikan pangkat satu tingkatnya, Kapten Nuraga dan Iptu Ishna.

Nuraga membaca tulisan pada karangan bunga sesaat setelah upacara kenaikan pangkat resmi dilakukan.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang