Chapter 24 - The Truth Untold

665 119 49
                                    

"Amfibi pada pusat komando. Izin melapor, sepertinya mereka membawa dua orang sandera keluar gudang," ucap salah seorang hantu laut yang diminta Laksamana Dharmawan untuk melakukan penyelamatan kepada Ishna dan Kyra sesuai dengan permintaan Nuraga yang ia tuliskan dalam sebuah surat. Surat itu ia titipkan kepada Gavin dan Denver untuk segera diberikan kepada Laksamana Dharmawan.

"Pantau keadaan. Jika memungkinkan, selamatkan segera dan bawa ke titik kumpul, " ucap Laksamana Dharmawan tegas.

Gavin mempersiapkan diri sementara Denver baru saja menerbangkan drone kecil untuk memantau situasi.

"Itu Ishna dan Kyra. Gue coba cari posisi Black di dalam gudang," ucap Denver seraya kembali mengarahkan drone ke dalam gudang.

Usai bersiap-siap, akhirnya Gavin turun bersama seorang anggota denjaka. Sementara anggota denjaka yang satu lagi berada di atas pohon untuk memantau keadaan dari kejauhan.

"Amfibi melapor pada pusat komando, sepertinya mereka akan melakukan eksekusi terhadap dua orang sandera yang akan kita selamatkan. Tim mohon izin melakukan penyelamatan darurat. "

"Laksanakan!"

Gavin berlari menerjang ilalang dan daun-daun yang mengahalangi jalannya. Ia mengarahkan senjatanya ke depan, mencoba waspada saat melihat salah seorang dari pengawal itu memegangi lengan Kyra dengan moncong senjata yang berada tepat di kepala Kyra.

Gavin menahan napasnya sejenak sebelum mengambil ancang-ancang untuk menembakkan pelurunya. Gavin terkesiap saat mendengar suara letusan senjata dan peluru tajam itu mendarat tepat di kepala pengawal yang membawa Kyra.

"Baru mau gue tembak, Bang!" ucap Gavin sedikit kesal.

"Nembak, ya, langsung saja. Kamu terlalu banyak berpikir!" ucap Amfibi seraya tersenyum di tempatnya.

Gavin mendengus, lalu segera berlari menghampiri Ishna dan Kyra. Secepat mungkin ia melepaskan ikatan di tangan kedua gadis itu.

"Berlindung di belakang saya! Segera ke titik kumpul!" ucap Amfibi tegas. Ia menatap Gavin seraya mengarahkan senjatanya tepat di depan. Menembak dengan cepat dan tepat sasaran.

"Beri saya senjata," ucap Ishna.

Gavin menngernyit, kemudian menggeleng. "Mbak Ishna yang kita selamatkan di sini," ucap Gavin mencoba meluruskan konsep kerjanya.

"Ini perintah! Kita harus selamatkan Mas Aga!"

"Mas Aga? Sejak kapan Mbak Ishna panggil dia jadi Mas?"

Ishna mengerutkan dahinya. Ia kesal mendengar pertanyaan tidak penting dari Gavin. Merasa kesal, ia segera merebut pistol dari tangan Gavin dan berbalik kembali ke arah gudang.

"Astaga, Mbak! Balik sini! Duh, Dek!" ucap Gavin kesal ketika melihat Ishna dengan cepat berlari kembali menuju gudang.

"Kenapa sandera di biarkan lari?" Tanya Amfibi dalam sambungan komunikasinya.

"Gimana, dia main perintah!"

"Kamu yang pegang kendali dan tanggungjawab atas para sandera."

"Gue maunya juga gitu, Bang. Namun, apa mau di kata, dia main pangkat. Nggak berani, Bang," jawab Gavin lirih.

Amfibi tertawa. "Ya sudah, atasanmu biar jadi tanggung jawab saya. Kamu bawa saja nona itu ke titik kumpul!"

Di lain tempat, Ishna kembali mengendap-endap di balik pepohonan. Ia berjalan perlahan semakin merangsek masuk ke arah gudang. Ishna mencoba menyisir tempat itu dengan saksama.

Satu demi satu ruangan gelap, pengap dan berdebu itu ia periksa. Ishna sangat yakin jika Keenan dan Irjen Adam masih berada di tempat itu saat penyerangan tadi terjadi.

GALVASKA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang