19 Lelah Hati

4.4K 305 7
                                    


Selamat Membaca

B

onus



"Darimana kamu?"

Nindia menghentikan langkahnya, yang hendak menaiki tangga. Di ruang tengah itu ternyata ada Agung dan Santi. Lalu Nando baru keluar dari arah dapur diikuti Naima.

Wanita itu menunduk, menyembunyikan wajahnya penuh air mata. Dia salah mengikuti kemauan Erland dan hatinya semalam. Dia hancur oleh Erland sampai rasanya sudah tak bersisa.

"Keluyuran tengah malam, pagi baru pulang. Mau jadi apa kamu, hah?" Agung menaikkan suara. Berdiri, berkacak pinggang.

"Maaf, Pa." Hanya itu yang bisa Nindia ucapkan saat ini. Dia lelah sekali, begitu juga dengan hatinya yang selalu tersakiti tanpa henti.

"Darimana kamu? Tolong jawab pertanyaan papa!"

"Nindia dari apartemen saya, Pa."

Semua menoleh ke arah pintu, ada Erland di sana dengan penampilan acak-acakan. Pria itu menyusul istrinya, tidak mengganti lagi pakaiannya yang hanya dibalut celana pendek dan kaus.

"Kurang ajar kamu!" Satu kali tamparan, Agung berikan untuk menantunya itu hingga terjungkal.

Nindia kembali menangis, tidak bisa melakukan apa-apa kecuali diam di tempatnya. Masih kecewa, marah, sakit hati berbaur menjadi satu.

"Kenapa masih mendekati Nindia, hah? Berapa kali saya katakan agar pergi dari hidup anak saya!" teriak Agung menendang Erland yang terkulai di lantai.

"Kak, tolongin!" bisik Naima tak tega.

Nando segera menolong Erland, membawa pria itu menjauh dari gejolak amarah sang papa. Bisa saja Erland pulang dalam keadaan tak bernyawa mengingat Agung itu mantan pesilat cukup terkenal pada masanya.

"Sa-saya mencintai Nindia, saya tidak bisa menjauh darinya," jawab Erland berani.

Agung tersenyum miring. "Ingat kamu sudah punya anak dengan wanita lain!"

"Apa?"

"Mama!" Naima berseru melihat Santi yang tiba-tiba memegang dadanya. Semua ikutan panik begitu juga dengan Agung yang langsung menggendong istrinya ke mobil.

Semua langsung ikut ke mobil, tetapi Erland masih menahan lengan Nindia yang hendak masuk.

"Kamu ikut mas, Ya. Kita ke rumah sakit sama-sama," pinta Erland pelan.

Nindia mengempas kasar tangan Erland. Pipi suaminya membiru akibat ulah Agung, membuatnya merasa kasihan. Namun, mengingat kembali penjelasan Erland sebelumnya hatinya kembali menangis.

"Tunggu surat perceraian dariku, Mas!" tukas Nindia sebelum masuk mobil lainnya, meninggalkan Erland yang mematung tak percaya.

*****
Nindia dan Naima menangis di depan ruang ICU, tempat Santi kembali dirawat. Nando sendiri pergi mencari makan, sementara Agung entah ke mana. Kedua wanita itu berpelukan, tidak menyangka jika kejadian pagi tadi berhasil membuat Santi lebih drop dari biasanya. Di sini Nindia lebih merasa bersalah, semuanya berujung dari pernikahannya yang tak ada membawa kebahagiaan sekali.

Dia menyesal, iya sungguh menyesal dengan semuanya. Ingin kembali pada masa lalu di saat belum mengenal Erland, dipastikan tidak akan terjadi seperti ini.

"Mbak, jangan menyalahkan diri sendiri dengan semua yang terjadi saat ini. Yakinlah Mama akan baik-baik saja." Naima tahu sekali tentang perangai Nindia, pasti kakaknya itu sedang menyalahkan dirinya sendiri.

Muara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang