25 Awal Baru

3.9K 259 7
                                    


Selamat membaca dan berkomentar

Warning typo!!!

Mungkin bagi orang lain apa yang diinginkan Nindia itu jahat. Namun, menurutnya dia melakukan hal yang benar, lantaran hatinya tak terima dengan keberadaan anak Erland bersama wanita lain. Jika melihat wajah anak itu, mungkin membayangkan wajah wanita yang menjadi biang dari masalah pernikahan keduanya.

"Kamu enggak bisa," ucap Nindia pelan.

Erland menggeleng, jika dengan itu bisa membuatnya kembali bersama Nindia, kenapa tidak? Lagi pula dia masih punya waktu bertemu Gianni nanti walaupun ada keinginan untuk mempertemukan keduanya.

"Mas bisa, Sayang. Kamu mungkin butuh waktu untuk menerima semua dan aku memahami hal itu, Dia," ungkap Erland tulus.

"Makasih, Mas." Nindia tersenyum. "Mas ini rumahku, mungkin kita akan memulai semuanya di rumah ini."

Erland merasa tak enak, seharusnya dia yang menyiapkan hunian untuk rumah tangga keduanya. "Mas akan membeli rumah baru untuk kita, Sayang."

"Lalu ini? Aku enggak mungkin menjualnya atau membiarkan rumah ini kosong," balas Nindia tak setuju. "Kita tetap tinggal di sini aja, Mas. Mungkin kalau Mas mau renovasi atau menambahkan beberapa keperluan yang diinginkan, aku siap aja, Mas."

Erland tahu jika dia memaksa pun Nindia menolak. Namun, dia akan tetap membelikan rumah untuk keduanya walaupun tidak ditempati dalam waktu dekat.

"Mas setuju, Sayang. Oh ya, gimana kalau beberapa hari ke depan kita ke Jogja? Mau mau mempertemukan kamu sama keluarga?"

Nindia mengangguk semangat. Tentu saja dia mau menemui Nia dan Hadi serta saudara iparnya yang lain. Dia rindu kehangatan keluarga dari Erland itu, mungkin bisa menjadi obat saat merindukan keluarganya.

"Dia," panggil Erland pelan.

Nindia mendongak, keduanya saling bertatapan dengan jarak begitu dekat. Sudah tahu maksud dari suaminya, Nindia memejamkan mata. Keduanya mulai menikmati kenikmatan untuk kedua kalinya dan kamar Nindia akan menjadi saksi bahwa Erland berhasil mewujudkan keinginannya untuk kembali bersatu bersama Nindia.

Hampir dua jam lebih, Erland tak melepas Nindia dari pergulatan keduanya. Pria itu bangun dan tersenyum senang melihat wajah lelap sang istri. Diciumnya kening Nindia, lalu kembali memeluk pinggang ramping istrinya. Semoga kegiatan tadi cepat menghasilkan Erladn dan Nindia junior. Dia ingin sekali melihat Nindia menggendong anak mereka, dan menyaksikan bagaimana keluarga kecilnya tertawa bersama.

Mengingat anak, dia lupa jika ada Gianni yang masih merupakan putrinya. Wajahnya berubah sendu, membayangkan bagaimana Nindia tak mau menerima keberadaan Gianni. Bocah itu sangat disayangi Erland, sehingga sangat sulit jika Erland harus menjauh dari Gianni.

Namun, Erland punya keberanian untuk mendekatkan Nindia dan Gianni walaupun bukan sekarang. Dia yakin akan ada saatnya kedua perempuan yang disayanginya itu disatukan dan dirinya sudah tak sabar menunggu waktunya tiba.

*****

"Kami yakin pertunangan kita dimajukan bulan ini?" tanya Anas meletakkan kopi di hadapan Adit.

Kini keduanya sedang berada di rumah Anas, Gianni lagi menonton sehingga keduanya lebih leluasa bercengkrama di dapur.

"Apa masalahnya? Lebih cepat lebih baik."

Anas menggigit bibir, sampai sekarang susah sekali menjatuhkan hati untuk Adit. Namun, dia harus berusaha lantaran menunggu Erland sangatlah tak mungkin. Pria itu pasti sudah kembali dengan Nindia, dan dirinya meyakini itu.

"Jika kamu kebe---"

"No! Aku siap menikah denganmu! Pertanyaannya kita lamaran di mana?" Anas tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan Adit yang masih mau menanti dirinya.

Adit tertawa. "Itu bakalan diatur nanti, Nas. Jadi, bagaimana?"

"Aku bersedia, Adit. Mungkin, aku perlu waktu menjelaskan hal ini pada Gianni juga. Dia harus tahu kalau papanya akan menjadi dua nantinya," ucap Anas pelan. Dia kembali mengingat bagaimana kedekatan Gianni dan Nindia hari itu.

"Gianni, anak yang baik dan mengerti, Nas. Dia pasti bisa menerima semuanya."

"Semoga Nindia bisa menerima Gianni, ya. Aku hanya takut wanita itu tak menyukainya keberhasilan Gianni jika tahu sebenarnya." Anas melakukan kesalahan dengan mengajukan kerja sama bersama Nindia karena begitu penasaran dengan sosok yang dicintai Erland. Dia sampai sengaja mengatakan yang menelepon adalah suaminya, dan ditujukan memang untuk Erland saat pertemuan awal mereka itu. Bisa jadi jika Nindia tahu, mungkin kerja sama itu akan dibatalkan atau dia akan mendapat amarah dari Erland dan istrinya. Ah ... ini semua memang salahnya yang tak mau berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

*****

Agung memindai sekeliling kamarnya yang sudah ditempati sendirian sejak kepergian Santi. Di setiap sudut rumah ini menjadi saksi jika istrinya akan terus menemaninya. Di mana ada Agung, Santi akan ikut bersamanya, entak sekadar menemaninya membaca koran atau menonton berita atau ngobrol bersama. Jujur, dia merindukan itu semuanya.

Pria itu keluar kamar. Hanya kesepian yang didapatnya, karena Nando sibuk dengan pekerjaannya. Rumah mewah itu kini hanya ada beberapa pembantu dan supir yang sibuk dengan kerjaan masing-masing.

Duduk menonton di ruang tengah, bayangan Santi muncul mengganggu. Pria itu tersenyum tipis, rindu itu selalu datang belakangan di saat dirinya sudah tak bisa bersua dengan wanita yang dinikahinya beberapa puluh tahun lalu. Banyak kenangan terukir, tetapi sirna setelah Santi tak bisa melayaninya sebagai istri pada umumnya. Kenikmatan tidak dapat direngkuh Agung lagi sehingga pesona Meta menjadi tujuan terakhirnya.

Dering notifikasi ponsel membuyarkan lamunan. Pesan dari nomor yang tak disimpulkan dibukanya.

[Mas aku udah pesan tiket untuk hari Minggu nanti. Kita bisa seminggu di Bali buat senang-senang]

Agung terdiam, ajakan liburan dari Meta tak ingin ditolaknya. Dia juga butuh liburan sesaat sekaligus menghilangkan jejak wajah Santi yang masih menggerayangi.

[Kamu atur aja, asal tak ada yang tahu]

Lagi, balasan dari Meta dibacanya.

[Udah enggak tahan, Mas]

Kali ini Agung terbelalak, pesan itu sekaligus dibubuhi foto seksi Meta yang memakai bikini di kolam. Wanita itu memang liar, meruntuhkan semua persepsi Agung saat awal mengenal Meta.

Agng hanya membalas emoticon cium, lalu menghapus pesan itu cepat. Tak mau ketahuan adalah keinginan Agung jika masih ingin bermain bersama Meta.

Di lain tempat, Meta tersenyum. Menjalankan aksinya selama ini sangatlah mudah dan menyenangkan. Tidak mendapat Erland, tetapi menghancurkan kehidupan Nindia sangatlah disenanginya.
Dia sudah tidak peduli dengan perasaannya pada Erland, cukup membuat Nindia hancur dan mendapatkan uang dari Agung menjadi tujuannya saat ini.

Dia tak suka melihat Nindia punya segalanya, termasuk Erland. Sahabatnya itu selalu ditimpa kebahagiaan, tetapi itu dulu sekarang saatnya menghancurkannya hingga tak bersisa.

Meta beranjak dari pembaringan, menghubungi seseorang untuk menyenangkan dirinya saat ini. Dia butuh belaian, tetapi tidak dari Agung saat ini. Agung akan digunakannya nanti di Bali, bersenang-senang dan membuat pria itu mendesahkan namanya adalah impian Meta.

Muara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang