Selamat Membaca dan Silahkan BerkomentarPemandangan pertama saat membuka pintu adalah keberadaan Anas yang sedang menyuapi Gianni makan. Ada Adit di sofa sambil menikmati makan siangnya juga. Kedatangan Erland pastinya langsung membuat Gianni bersorak, walaupun tak bersemangat seperti biasanya.
"Papa!" panggil Gianni merentangkan tangan dan langsung dipeluk Erland. Diusapnya lembut punggung sang putri dan mengecup kening Gianni dengan sayang. Hal itu tak lepas dari pengamatan Anas yang langsung memberikan ruang untuk ayah dan anak itu.
"Papa ke mana aja? Aku kangen," ucap Gianni.
"Papa lagi sibuk, Sayang. Sekarang kan udah ketemu, jadi kangennya udah kebalas, 'kan?"
Gianni mengangguk singkat. "Papa udah jarang main sama aku."
Erland diam, ucapan Gianni ada benarnya juga. Semenjak bersama Nindia, dia sudah jarang bertemu putrinya itu.
"Papa sibuk kerja, Sayang." Anas menimpali lantaran tak ada jawaban dari Erland. Dia tahu jika pria itu sedang sibuk dengan istrinya dan Anas berusaha paham.
"Sekarang kamu minum obat, ya. Habis itu tidur," pinta Anas mendapat gelengan Gianni.
"Aku mau main sama Papa," tolak Gianni cemberut.
Erland langsung mengambil alih, menenangkan sang putri setelah memberikan Gianni obat. Anas bergabung bersama Adit, sebagai penonton keduanya.
"Papa, kata Mama aku bakalan punya dua papa. Apa itu benar?" tanya Gianni polos.
Erland langsung melihat ke arah Anas dan Adit, keduanya tampak salah tingkah kemudian anggukan kecil berasal dari Adit.
"Oh ya?" tanya Erland sengaja.
"Iya, Pa. Om Adit bakalan jadi Papa keduaku," jawab Gianni.
"Kalau Gianni juga punya mama dua gimana? Mau enggak?" tanya Erland penasaran.
Ketiganya tampak was-was menunggu jawaban Gianni. Biar bagaimanapun Nindia belum menerima Gianni, setidaknya anaknya harus tahu jika akan memiliki dua orang mama dalam hidupnya nanti.
"Mama dua?" Bocah itu kembali mengulang, dengan raut wajah tampak berpikir.
"Iya, Sayang. Mama Anas dan Mama Nindia," sahut Anas menjelaskan.
"Aku mau, kok, berati aku bakalan punya dua papa dan dua mama, dong!" seru Gianni senang.
Ketiganya merasakan kelegaan luar biasa. Gianni tampak bisa menerima Adit dan Nindia, sehingga semuanya pasti akan lebih mudah. Namun, sekarang dalam pikiran Erland, bagaimana Nindia bisa menerimanya.
Erland menemani Gianni hingga bocah itu tertidur. Dia mengecup kening Gianni, sebelum memutuskan pulang ke apartemen.
"Kita harus bicara," ujar Anas tiba-tiba.
Erland mengangguk, mengambil posisi duduk di sofa lainnya menghadap Anas dan Adit.
"Aku ingin melamar Anas," ucap Adit serius. "Kami memutuskan untuk segera menikah."
Menaikkan alis, Erland hanya mengangguk. Itu lebih baik menurutnya, daripada Anas selalu menantikan dirinya yang tak akan pernah berpaling dari Nindia. Bukannya jahat, tetapi Erland sangat tahu dan peka jika mamanya Gianni itu memang menyukai dirinya. Untuk itu Erland sangat menjaga jarak dengan Anas.
"Apa pun keputusan kalian, aku dukung," jawab Erland seadanya.
"Em ... bagaimana dengan Nindia, apa kehadiran Gianni tidak masalah bagi kalian?" tanya Anas penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Rindu
Literatura KobiecaStory 8 Jatuh cinta, menjalin kasih hingga menikah sebuah perjalanan panjang yang berakhir indah. Terlebih menikah dengan sosok pria yang merupakan cinta pertama dan sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Lalu bagaimana jadinya jika hubungan pen...