Good morning
Happy reading and be happy, guys !!
Cemas, khawatir melingkupi langkah Nindia menuju ruang rawat sang mama. Kondisi Santi memang lebih baik, tetapi tetap saja perasaan khawatir itu masih ada. Dalam ruangan dia bisa melihat Nando, Naima, dan Reza sedang bercerita di sofa yang tersedia. Tidak ada Agung yang dilihatnya, mungkin papanya sedang ada urusan.
"Mbak, Mama mau ngomong sama Mbak," ujar Naima memberitahu.
Nindia mengangguk, tas mahalnya diletakkan di meja lalu mendekati dan duduk di samping brankar. Tak tega dirinya melihat tubuh Santi yang kian kurus dan dipenuhi peralatan rumah sakit seperti itu.
"Ma," panggil Nindia pelan.
Santi yang semula menutup mata, secara perlahan kini terbuka. Dia bisa merasakan tangannya digenggam sang anak sulung, membuatnya menitikkan air mata.
"Kamu baik-baik saja, Nak?" tanya Santi susah payah. Untuk bicara saja, dirinya sudah tak mampu.
"Aku selalu baik, Ma." Sekuat tenaga, Nindia menahan laju air mata yang kapan saja siap jatuh.
"Tolong berbahagialah! Dalam pernikahan tidak selalu diliputi kebahagiaan, selalu ada asam, garam, pahit di dalamnya. Kamu harus mau dan bisa menerima penjelasan Erland lagi. Setahu mama dirinya tak sepenuhnya salah, Sayang."
Nindia bungkam, tiba-tiba saja dia mengingat sosok suaminya. Bagaimana raut wajah itu menatapnya penuh sendu, menginginkan maaf atas kesalahan yang tak sepenuhnya salah dilakukan Erland.
"Nindia, lakukan apa yang menurutmu terbaik. Mama akan selalu mendukungmu."
Hanya senyuman yang Nindia berikan, wanita itu tiba-tiba saja merasakan tangan yang digenggam Santi mendadak dingin. Mata wanita yang melahirkannya itu terpejam, sementara layar monitor menunjukkan garis lurus.
Yang lainnya panik, Reza segera memeriksa. Sementara Nando menghubungi Agung dengan tangan gemetar. Naima sudah menangis, terlebih melihat gelengan Reza yang lesu.
"Mama!" teriak wanita itu tak kuat.
Nindia mematung untuk sesaat, cobaan apalagi ini yang tengah menerpa dirinya. Baru beberapa menit yang lalu, dia bercakap dengan Santi, tetapi sekarang tubuh ibunya sudah terbaring kaku tak berdaya. Raungan Naima berhasil menyadarkan Nindia. Wanita itu menangis, memeluk tubuh Santi berharap sang mama masih bernapas.
"Sial!" umpat Nando saat ponsel Agung tak bisa dihubungi.
Pria itu terduduk lemas di lantai, menangis karena kehilangan Santi yang sangat disayanginya. Wanita yang melahirkannya itu sudah pergi selama-lamanya, meninggalkan Nando yang rupanya memiliki janji untuk mengenalkan seorang gadis yang tengah dikencani beberapa minggu belakangan ini. Dia menyesal karena tak sempat membawa Alicia bertemu Santi.
Ruangan besar itu dipenuhi tangisan kehilangan. Reza sibuk menenangkan Naima yang histeris tanpa henti, sementara Nindia masih tak melepas pelukannya pada tubuh Santi, sebelum pihak rumah sakit datang untuk membersihkan jenazah Santi agar dibawa pulang.
Di lain tempat, Agung baru saja menyelesaikan pergulatan panasnya dengan Meta. Keduanya tidur berpelukan di bawah selimut yang sama tanpa berpakaian. Pria itu melirik Meta yang matanya telah terpejam, lalu mengambil ponsel di nakas.
Sedikit bingung saat melihat puluhan panggilan dari Nando. Lalu tangannya gemetar saat sebuah pesan dari putra tunggalnya itu dibacanya.
[Mama meninggal]
Agung meremas ponselnya, tak kuasa menahan gejolak dalam dada. Santi istrinya telah meninggal, di saat dirinya sedang merengkuh kenikmatan bersama wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Rindu
ChickLitStory 8 Jatuh cinta, menjalin kasih hingga menikah sebuah perjalanan panjang yang berakhir indah. Terlebih menikah dengan sosok pria yang merupakan cinta pertama dan sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Lalu bagaimana jadinya jika hubungan pen...