31 Gianni??

3.9K 273 8
                                    


Selamat Membaca dan Silahkan Berkomentar

Pada nungguin, enggak? Sorry lama update, guys






Hari ini ketiga kakak beradik itu pulang kembali ke Jakarta. Reza sudah di bandara untuk menjemput sang istri yang telah dirindukan beberapa hari ini. Pria itu tidak sendiri, dia bersama Erland yang baru datang memakai pakaian kasual.

Tak lama menunggu, sosok wanita yang dicintai masing-masing muncul dengan sebuah senyuman. Di belakangnya tampak Nando yang mendorong troli dipenuhi beberapa koper milik Nindia dan Naima, hasil belanja beberapa hari di Jogja.

"Mas," panggil Naima yang langsung memeluk Reza manja. Sikap ibu hamil itu langsung membuat Nando mendengkus, di sampingnya ada juga Erland yang mengecup pelipis Nindia menambah penderitaan pria itu sebagai obat nyamuk.

"Lepas kangennya nanti di rumah aja, bisa enggak?" tanya Nando kesal. Sebenarnya, Alicia ingin menjemput dirinya, tetapi dia sendiri menolak karena gadisnya itu harus mempersiapkan diri untuk sidang lusa nanti.

"Sirik amat!" Naima menjawab, menggandeng lengan Reza menuju parkiran.

"Ck! Tuh ibu hamil emang ngeselin." Masih kesal, Nando mengikuti dari belakang.

"Kamu kelihatan bahagia banget," ucap Erland sambil merangkul Nindia menuju mobil.

"Udah kangen kamu, Mas," jawab Nindia malu.

Erland tertawa. "Nanti kangennya di kamar aja."

Mengerti maksud Erland, Nindia mencubit pelan perut sang suami. Wajah wanita itu merona jika membahas atau mengingat kembali kegiatan keduanya di kamar.

Tiba di parkiran, Erland langsung mengambil alih koper Nindia dan memasukkan ke mobil. Nando mengikuti Reza dan Naima yang langsung menuju rumah utama. Sementara Erland dan India menuju rumah milik wanita itu.

"Sayang, mas boleh nanya, enggak?" Di tengah perjalanan, Erland mengajukan tanya.

"Soal apa, Mas?" Nindia melirik sekilas ke arah suaminya.

"Meta? Dia sahabat kamu udah lama, 'kan?"

Walaupun bingung, Nindia tetap menjawabnya. "Dari kecil, Mas. Kami sama-sama satu sekolah dasar, sampai SMP juga. Terus saat SMA Meta pindah ke Bandung dan kita akhirnya pisah. Hanya saat kuliah akhirnya bertemu lagi walaupun beda jurusan."

Erland bisa melihat ada kesenangan sendiri saat istrinya membahas Meta. "Kalian dekat, ya?"

Istrinya mengangguk semangat. "Dia lebih dari sekadar sahabatku, Mas. Papa sama Mama aja sayang banget sama Meta."

Erland bungkam, dia sudah membayangkan bagaimana sakitnya Nindia saat tahu Meta berkhianat di belakangnya dengan Agung.

"Kenapa, sih?"

"Enggak. Mas nanya doang, soalnya udah lama enggak lihat dia, 'kan? Terakhir saat pernikahan kita dulu."

"Iya, sih. Dia lagi di Bali sekarang," kata Nindia pelan. Jika membicarakan liburan Meta, entah kenapa dia kepikiran dengan Agung.

Erland tidak bersuara lagi, keduanya hening hingga tiba di rumah. Namun, dering ponsel milik Erland, membuat langkah pria itu terhenti.

"Ada apa?" tanya Erland to the point. Ternyata yang meneleponnya adalah Anas.

Nindia masih di mobil, menunggu Erland yang masih menelepon.

"Aku dan Adit mau ke Jember, untuk menemui keluargaku di sana. Aku tidak bisa membawa Gianni, lantaran anak itu masih belum sepenuhnya sembuh. Maksudku apa dia bisa bersamamu untuk tiga hari ke depan?"

Muara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang