Happy Reading And Be Happy
Langkah kaki lebarnya menyusuri lorong koridor rumah sakit dengan perasaan gelisah dan ketakutan. Berada di luar kota dengan tujuan pekerjaan membuatnya harus segera balik mendadak setelah mendapat telepon dari Nando jika sang istri dilarikan ke rumah sakit. Awalnya Erland mulai mewanti-wanti dan ingin mengajukan cuti untuk tidak ke luar kota setelah semalam sebelumnya, Nindia sudah mengeluh sakit pada perutnya. Hanya saja istrinya itu yang memaksanya pergi dengan dalih dia akan baik-baik saja, karena ada keluarga lain yang bersamanya.
"Kak Erland," sapa Naima yang duduk di bangku depan ruang Nindia dirawat.
"Sesuai persetujuan Kak Erland, Mbak Nindia bakalan dioperasi. Ini baru saja dibawa masuk, sama Tante Nia di dalam yang menemani." Naima yang juga tengah hamil lagi pasca keguguran memberikan penjelasan.
"Air ketubannya pecah duluan, ditambah posisi bayi yang melintang membuat Mbak Nindia harus operasi," tambah Intan.
"Terima kasih." Hanya itu yang diucapkan Erland, dalam hatinya beribu lantunan doa terucap berharap sang istri dan anaknya baik-baik saja. Pria itu duduk di bangku, berdampingan dengan Naima dan juga Intan. Nando dan Rafa pun turut hadir, terkecuali Reza yang memiliki jadwal operasi pasien lainnya.
Hampir beberapa jam lebih menunggu, suara tangis bayi terdengar nyaring. Semua mulai merasakan kelegaan luar biasa, bahkan Erland langsung meneteskan air mata. Pria itu sedikit menyesal tak bisa mendampingi Nindia di dalam sana, hanya karena urusan pekerjaan yang membuatnya terlambat hadir. Tak lama setelahnya, dokter dan beberapa perawat beriringan keluar, wajah senyum terpatri dari sang dokter yang selama sembilan bulan penuh menjadi dokter Nindia. Begitu juga dengan Nia yang langsung memeluk Erland, saking bahagianya.
"Pak Erland, anaknya lahir dengan selamat begitu juga mamanya. Selamat, ya, anaknya laki-laki."
"Terima kasih, Dok." Erland tak berhenti berucap syukur, ternyata sang jabang bayi yang selama ini disembunyikan jenis kelaminnya oleh sang istri adalah jagoan. Itu artinya dia akan memiliki seorang putra dan Gianni akan punya adik laki-laki. Bocah itu pasti akan senang sekali mendengar kabar ini, terlebih Gianni memang menginginkan seorang adik laki-laki selain calon adiknya juga dari Anas yang kini juga telah hamil.
"Bayinya masih dimandikan, sementara Bu Nindia sudah dibawa ke ruang rawat." Setelah dokter mengatakan hal itu, Erland dan yang lainnya segera menuju ruang rawat sang istri. Pria itu membuka pintu menemukan Nindia yang terbaring lemah di ranjang. Naima dan Intan sengaja tak ikut masuk, memberikan ruang bagi sepasang orangtua baru itu untuk bicara.
"Sayang," panggil Erland saat duduk di samping brankar, menggenggam tangan sang istri dan mengecupnya beberapa kali.
Nindia menggeliat, berusaha mengukir senyum saat melihat wajah sang suami. "Mas ... anak kita mana?"
"Lagi dimandikan, sebentar akan dibawa ke sini." Erland menjawab pelan. "Terima kasih telah berjuang untuk anak kita dan kamu sendiri. Maaf juga tidak bisa menemani kamu selama proses persalinan."
Nindia tersenyum lagi. "Aku bisa sampai pada tahap ini juga karena kamu, Mas."
"Tetapi untuk pribadiku sendiri, aku sadar dan sangat menyadari bahwa kamu itu memang wanita hebat, Nindia. Kamu bisa melewati semuanya hingga ke tahap di mana kebahagiaan sedang di mata kamu kini," ucap Erlan tulus.
Mata Nindia berkaca-kaca, wanita itu terharu dan menangis bahagia. "Aku kuat karena ada kalian semua yang selalu ngedukungku, Mas. Jika tidak, aku sudah tak tahu lagi sampai mana, aku bisa bertahan dengan permasalahan yang tak kunjung habisnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Rindu
ChickLitStory 8 Jatuh cinta, menjalin kasih hingga menikah sebuah perjalanan panjang yang berakhir indah. Terlebih menikah dengan sosok pria yang merupakan cinta pertama dan sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Lalu bagaimana jadinya jika hubungan pen...