44. Mama dan Bunda

18.9K 2.4K 65
                                    

Happy reading 🖤
.
.
.

2 minggu berlalu dari kejadian Vondi membongkar si antagonis dan si peneror.

Dan selama itu juga Via lebih banyak diam, kalaupun Vondi mengajak ngobrol Via hanya menyahuti seadanya saja. Seperti terbalik, biasanya Via yang cerewet dan Vondi menyahuti seadanya. Walaupun Vondi memiliki kelainan seksual yang tidak dapat terangsang, tapi dirinya masih mempunyai perasaan simpati terhadap perempuan dan itu hanya Via.

Dan akhir-akhir ini juga Vondi selalu ada siap siaga 24/7 di samping Via.

Mungkin Vondi merasa bersalah. Karena awalnya dia kira semua akan baik-baik saja selama ada Via dan bisa mengubah segalanya. Tapi nyatanya? memang benar banyak yang berubah, termasuk hal baik dan buruk.

Ekspektasi Vondi terlalu kejauhan.

"Apa kamu akan seperti ini terus?" Tanya Vondi menatap Via yang diam.

Via masih sama, diam.

Via pikir karena semuanya sudah terlanjur, maka mau menyesal pun itu tidak berguna. Via akan memanfaatkan semuanya dia harus bahagia, karena semua berhak untuk bahagia termasuk dirinya.

"Kak, ayo kita jalan-jalan!" Celetuk Via tiba-tiba sumringah.

Ya, Via harus kembali seperti dulu, menjadi dirinya sendiri. Tidak, Tuhan tidak akan memberikan rintangan dari lebih batas kemampuannya.

Via percaya itu!

Vondi yang sedikit tersentak dengan celetukan Via refleks menganggukkan kepalanya.

"Sana keluar, gw mau siap-siap dulu" Usir Via sedikit mendorong Vondi.

Vondi menurut, dia bangkit dan berjalan ke luar kamar.

"Syukurlah jika sifatmu kembali Via" Gumam Vondi.

Via bangkit, lalu memasuki kamar mandi. Dia menatap pantulan dirinya di cermin dengan datar. Tubuhnya semakin kecil, kulitnya juga pucat.

"Bahagia" Gumam Via.

1 jam berlalu, Via sudah siap dengan outfit nya.

"Ayo kak" Ajak Via.

Vondi dan Via pun menaiki mobil, tujuan mereka adalah Mall.

Hari ini Via pergi ke mall, karena dirinya sudah lama tidak refreshing sekalian menyegarkan otak dari fakta-fakta yang ada.

Via berkeliling Mall, dia jika pergi ke mall, maka tujuannya adalah membeli barang lucu atau mainan, lalu membeli beberapa novel serta komik, terakhir dengan jajaran sebejibun. Kalau baju, celana, sepatu mah udah biasa, Via pun bosen.

"Ayo kak, istirahat dulu di resto sana" Ajak Via.

Jangan heran kalau Via memanggil Vondi dengan embel-embel 'kakak', dan kepada orang lain dia pakai embel-embel 'Om/pak' walaupun umur Vondi hampir 30 tahun.

"Ayo"

Via duduk sambil memakan jajanannya, karena lelah berkeliling selama 4 jam lamanya.

Via merasa ada yang menarik-narik baju bawahnya, dia pun menatap ke bawah.

Hmm, perasaannya mulai tidak enak.

Karena dia melihat 3 bocil umur 3 tahun. Tapi Via harus tetap slay dan ramah, apalagi ini anak kecil.

"Oh? halo, kenapa?" Tanya Via berjongkok di depan 3 anak itu dengan ramah.

"Apakah kamu mama kami?" Tanya salah satunya.

"Kata papa mama sangat cantik" Lanjut yang kedua.

"Dan kamu sangat cantik, pasti kamu mama kami" Timpal anak ke tiga dengan cerah.

Transmigrasi Via (?) ✓ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang