Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata menunggu.
(๑♡∀♡๑)
Jisoo menghela nafas pelan melihat kanvas putih kosong. Di letakkan-nya kembali kuas, pada meja kecil di samping.
Keinginan Jisoo untuk melukis kini sudah menguap. Susan payah, ia memaksakan diri untuk terus bertahan dalam keadaan ini. Tapi entah mengapa, rasanya begitu sulit.
Kadang Jisoo berpikir ingin berhenti saja. Namun tidak bisa. Ini adalah impiannya, ia tentu tidak boleh goyah.
Jisoo memukul dada yang terasa sesak, mencoba mengambil nafas--meski sulit. Terdengar derit suara pintu terbuka, namun Jisoo enggan, untuk mengalihkan atensi.
"Jisoo-ah, Are you ok?"
Jisoo mendongak, menarik sudut bibir--menampilkan garis lengkuk tipis, dari tatapan-nya seolah mengatakan. Dia sedang baik-baik saja.
"Yakkk, berhenti menatap ku seperti itu! Aku tahu, kau pasti sedang tidak baik-baik saja"
"Aniya oppa, Ghawenchana. Aku akan kembali melukis"
Namja yang bersama Jisoo adalah Jeon Jungkook. Dialah, orang yang selalu menemani Jisoo, selama ini.
Jungkook sering mampir ke rumah Jisoo, hanya untuk memastikan apa dia baik-baik saja. Terkadang Jungkool mengirimi Jisoo pesan singkat, hanya untuk menanyai hal kecil.
Seperti, apa kau sudah makan? apa semalam tidur mu nyenyak?
Jungkook merampas kuas di tangan Jisoo, membuat sang empunya--berdecak kesal.
"Jungkook, kembalikan!" Pinta Jisoo, tanpa menoleh.
Jungkook menyodorkan kuas, namun saat tangan Jisoo hendak meraih-nya Jungkook menarik-nya kembali, membuat gadis itu menoleh.
"Apa sesulit ini untuk membuat mu, mau menatap kearah ku?" kata Jungkook yang mencondongkan tubuh ke depan, sembari menatap bola manik mata Jisoo.
"Jungkook, jangan main-main! Cepat berikan kuasnya pada ku. Kau tahu kan, aku paling tidak suka jika di ganggu" gerutu Jisoo, kemudian memanyunkan bibirnya ke depan.
Jungkook menarik sebelah sudut bibir--ingin tertawa, namun di tahan. "Mau sampai kapan kau akan terus menunggunya seperti ini?" tanya Jungkook.
Menunggu merupakan kata yang paling di benci semua orang, termasuk Jisoo. Namun apadaya, saat kau sudah mengikat diri untuk berjanji saling setia. Sedang kau pun tidak tahu, kabar apapun tentang orang yang sedang kau tunggu.
Apa kau mungkin termasuk orang bodoh? setia? atau mungkin keduanya?
Jisoo berdiri hendak pergi, dia tidak ingin menjawab pertanyaan konyol seperti itu.
"Hey, kau mau kemana?" Jungkook menarik lengan Jisoo, hingga berbalik kearahnya.
"Lepasin Jung, aku lelah. Aku ingin keluar sebentar" pinta Jisoo.
Jungkook menarik tangan Jisoo agar mendekat, memangkas jarak diantara mereka.
"Jisoo-ah, aku tahu ini sulit bagi mu. Jika kau sudah lelah. Lupakan saja semuanya, untuk apa kau membuang waktu buat seseorang yang belum tentu memikirkan mu"
Melupakan? Menurut Jisoo itu tidak semudah yang di banyangkan. Saat Ia mencoba menghapus kenangan.
Jisoo malah semakin di buat menderita dan menarik diri pada masa lalu, membuat-nya tenggelam bersama.
Yah, jiwa Jisoo saat ini mungkin sudah mati, dulu sekali. Sejak Namja bernama Kim Seokjin memintanya untuk menunggu.
Jisoo berjalan-jalan menghirup udara sore, setelah pergi meninggalkan Jungkook. Lebih tepatnya, ia ingin menghidar.