"Kita, putus!"
Jisoo terbelalak kaget mendengar perkataan Seokjin. Bagaimana, bisa Seokjin memutuskan hubungan. Padahal, mereka baru saja, jadian kemarin.
"Sayang, apa kau bercanda? Tidak mungkin jika-"
"Aniya, Jisoo-shi! Gue mau kita putus!" potong Seokjin.
"Waeyo? Kita baru jadian kemarin!" tanya Jisoo, meminta penjelasan.
"Karna, Gue ama Seokjin sebentar lagi akan bertunangan."
Bagai di sambar petir, Jisoo lantas segera berbalik. Ia mendapati Nayeon, gadis cantik yang sangat populer di kampus.
"Kamu? Kenapa bisa ada di sini?"
"Tentu saja, untuk melihat wajah menyedihkan mu ini." sarkanya, Nayeon berjalan mendekati Seokjin kemudian merangkul lengannya. Namun mendapati tatapan sinis dari Seokjin.
"Tolong, jaga sikap mu!" kata Seokjin, kemudian menyingkirkan tangan Nayeon.
"Biar gue jelasin. Seokjin kalah dirfting ama adik gue, Bangchan. Daripada, mengambil mobil rongsokkan gue minta adik gue buat ngelakuin ini sama lu. Hahahaha, ide yang bagus, bukan?"
Jisoo menatap Seokjin tak percaya. Selama ini, dia sudah memendam perasaannya sejak lama. Saat Seokjin mengutarakan perasaannya. Ia pikir, mimpinya akan menjadi nyata.
"Jadi gue minta sama lu. Buat jauhin Seokjin oppa!" kata Nayeon, kemudian menyiram Jisoo dengan segelas air yang berada di atas meja.
"Nayeon! Ini ga sesuai kesepakatan kita. Lu, ga boleh keterlaluan" pekik Seokjin marah, yang menarik tangan Nayeon ke belakang.
"Waeyo? Dia pantas mendapatkan itu baby. Lagi pula, sebentar lagi kita akan tunangan."
Air mata Jisoo merebak siap jatuh, kapan saja jika berkedip. Ia tidak mengira akan mendapatkan penghinaan semacam ini. Jisoo membalikkan badan, kemudian berlari keluar dari kafe.
"Jisoo-ya, Jjangkkaman!" Seokjin hendak mengejar Jisoo namun, Nayeon malah menahannya.
********
Jisoo mengusap air matanya kasar, seraya terus berlari. Tidak tahu, kearah mana Ia akan pergi yang Jisoo inginkan hanyalah. Menjauh dari seorang Kim Seokjin.
"Dasar bodoh! Dia cuma mau mempermainkan mu. Bisa-bisanya kau langsung mempercanyainya." Jisoo merutuki, kebodohannya sendiri.
Jisoo menutup telinga dengan kedua tangan. Seraya mengelengkan kepala berusaha mengenyahkan perkataan yang terus menggema di kepalanya.
Hati dan pikirannya tengah berkecamuk. Hatinya ingin mempercanyai Seokjin. Ia yakin pasti alasan di balik perlakuannya namun akal pikiran Jisoo menentang. Sudah jelas, ia di sakiti tapi masih saja berharap.
"Tidak! itu tidak mungkin!"
"Meeooww"
Jisoo tersentak kejut, mendengar suara jerit kucing yang membunyarkan lamunannya.
"Oh, ya ampun. Kasian sekali, " Jisoo melihat kucing putih yang terjebak diantara semak belukar.
Jisoo merangkak mendekat dan mengulurkan tangan ke dalam semak belukar. kucing putih itu terjebak karna kalung yang di kenakan tersangkut.
kalungnya terbelit hingga membuat kucing itu tercekik, dengan telaten Jisoo berusaha membuka belitan namun tak mudah.
"Tenanglah, kucing. Aku tidak akan menyakiti mu. Aku akan membantu mu melepaskan diri agar kau bisa bebas." Jisoo mematahkan ranting kecil semak belukar yang membelit.