05. Mengapa?

1.6K 192 34
                                    

Happy reading .....

Entah kebohongan atau kebenaran, yang
pasti keduanya sama-sama
menyakitkan.



—  L O S E  —




.



.



.



.



Jika biasanya Sena yang selalu menentukan ke tempat mana mereka akan pergi setiap harinya, maka lain halnya dengan hari ini. Entah mengapa hari ini Nata sangat ngotot untuk mengajak Kean dan Sena ke sebuah lapangan basket yang terletak di taman kota.

Lalu, di sinilah mereka sekarang. Terlebih Sena yang hanya menonton pertandingan dadakan antara Nata dan Kean. Cowok itu hanya duduk santai di pinggir lapangan sambil menatap ke sekitar.

Tidak ada yang special di tempat ini, tapi mengapa Nata sangat ngotot untuk bermain di sini. Terlebih, tempat ini lumayan ramai karena tak jauh dari taman dan jalan raya yang menjadi lalu lalang orang-orang.

Lama bergulat dengan pikirannya, Sena sampai tak sadar kalau Kean juga Nata sudah duduk di sebelahnya. Barulah saat Kean menepuk pundaknya dengan kencang, Sena jadi sadar kalau mereka sudah ada di sampingnya sambil meminum air mineral dengan rakus.

Sejenak hening, Kean dan Nata sibuk mengatur napasnya, yang terasa tersengal-sengal sedang Sena kini sibuk menatap lurus ke depan. Sampai akhirnya Sena yang lebih dulu bersuara memecah hening yang ada.

“Nat, apa sih yang special dari tempat ini?” tanya Sena tiba-tiba.

Nata tersenyum, ikut menatap lurus ke depan. “Gue pernah tanding sama orang yang ngeselin banget di sini.”

“Siapa?” tanya Sena yang mulai antusias dengan cerita Nata.

“Adalah, kepo banget lo jadi orang,” jawabnya menjengkelkan.

Sena mendengkus kesal, sebenarnya ia masih penasaran siapa orang yang dimaksud Nata. Terlebih, apa ada orang yang lebih menjengkelkan di dunia ini selain Nata sendiri? Karena sumpah demi apa pun, Sena ragu.

“Lo kalau cerita suka setengah-setengah nggak asik lo,” komentar Kean.

“Kalian berdua lapar nggak? Biar gue beliin makanan,” kata Nata mengalihkan topik pembicaraan.

“Asik tuh, tapi bawa sini ya, Nat. Lagi enak nih rebahan di sini,” kata Kean dan Sena menyetujuinya membuat Nata mendengkus pasrah.

Akhirnya dengan langkah yang sedikit dipaksakan, Nata bergerak menuju motornya meninggalkan Sena dan Kean yang tengah tertawa puas. Mereka sangat puas dan senang karena secara tak langsung telah berhasil mengerjai Nata.

“Angkasa, lo di sini?”

Hingga ucapan itu seketika menghentikan tawa Sena juga Kean. Mereka kompak berbalik dan menemukan sosok cowok gila yang tak sengaja waktu itu mereka temui di bandara. Sena lantas mendesah kesal lalu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

“Lo lagi main basket di sini?” tanyanya lagi.

“Hm.”

Skala lantas ikut mendudukkan diri di sebelah Sena. Ia menatap cowok itu intens, sedang Sena hanya acuh tak acuh. “Lo beneran mirip sama adik gue.”

“Tapi gue bukan adik lo!” sarkasnya.

Yang seketika membuat Skala bungkam. Entah bagaimana, namun ada rasa tak rela ketika mendengar itu semua dari mulut Sena. Mau dilihat dari sisi mana pun, Skala sangat yakin jika cowok di sebelahnya ini memang adiknya, Angkasa.

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang