08. Memulai Lagi

1.4K 186 19
                                    

Please, don't be a silent reader.

Happy reading .....

Jika dunia baru itu menyenangkan, di sini
aku mencoba untuk mengikhlaskan.
perihal waktu dan kamu yang kini agaknya
telah berlalu, saat itu.

—  L O S E  —


.


.


.

.







Sore itu, saat senja mulai menampakkan dirinya, Sena dengan asik memandangi keindahan senja. Berdiri di pinggir trotoar menghiraukan lalu lalang kendaraan di depannya. Sena berjalan-jalan sendiri di sepanjang trotoar yang tak jauh dari gedung apartemennya.

Niat awalnya hanya ingin mencari angin segar sore hari, namun dirinya justru terpaku dengan keindahan semburat orange yang berpendar di atas langit.

Lama, Sena menatap takjub langit berwarna orange itu sampai akhirnya ada yang menepuk pundaknya sambil memanggilnya.

“Angkasa?”

Oh bukan, nama itu lagi yang untuk ke sekian kali terdengar di telinganya. Bahkan ia sampai hafal siapa orang yang memanggilnya dengan nama itu. Tak lain dan tak bukan pasti—Skala.

Benar saja ketika ia membalikkan tubuhnya, eksistensi Skala dengan senyum lebarnya yang pertama kali ia lihat.

“Sekali lagi lo panggil gue dengan nama itu gue tonjok lo!” ketusnya yang justru membuat Skala tertawa lebar.

“Ternyata lo belum berubah. Lo tetap orang yang sama,” ucapnya.

Tentu Sena mengernyit heran dengan kalimat samar yang Skala lontarkan. Ia sungguh tak mengerti akan maksud ucapan itu.

Okay, okay gue nggak akan panggil lo dengan nama itu lagi. Gimana kalau kita ulang dari awal.” Senyum itu tak luntur dari wajah Skala. Ia kini mengulurkan telapak tangannya pada Sena sambil berkata, “Nama gue Skala.”

Sungguh Sena semakin heran dibuatnya. Ia sudah tahu jika sosok di depannya ini bernama Skala, lantas mengapa dia memperkenalkan dirinya lagi di depannya?

Karena tidak mendapatkan balasan apa-apa dari Sena, karena cowok itu hanya menatapnya dengan pandangan yang—sedikit heran. Maka, tanpa ragu Skala secara paksa mengambil telapak tangan Sena dan membuat mereka  berjabat tangan.

Sena tak terima, ia buru-buru melepaskan tangannya sambil menatap tajam Skala.

Okay, Angkasa eh maksudnya Sena kita udah kenalan. Mulai sekarang kita jadi teman, okay?

Sena masih diam saja. Ia tak tahu harus bagaimana menghadapi cowok sinting di depannya ini. Anehnya, ada perasaan bahagia yang tiba-tiba hinggap di hatinya.

“Karena lo diam aja. Gue anggap lo setuju kita temenan,” katanya lagi dengan senyum kotaknya yang baru pertama kali ini Sena lihat dengan jelas.

“Terserah!”

Akhirnya, hanya kata itu yang keluar dari mulut Sena. Ia membalikkan tubuhnya lagi menatap hamparan senja yang semakin menawan di atas sana. Skala pun kini jadi ikut melihat apa yang Sena lihat.

“Sorry ya selama ini gue udah gangguin lo. Karena lo beneran mirip adik gue,” katanya lagi.

“Tapi gue bukan dia,” balas Skala, ia masih menatap lurus ke depan.

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang