46. Stay Alive

1.5K 198 57
                                    

Happy reading .....

Tolong tetap bertahan, sebentar saja. Sampai
semesta menunjukkan rasa kebahagiaan.



—  L O S E  —




.






.





.





.



“Skala, I'm coming!

Teriakan serta suara derit pintu yang terdengar keras membuat Angkasa menutup rapat-rapat kedua telinganya. Ia mendengkus kesal kemudian saat tahu jika yang datang adalah Vino. Sahabat sehidup sematinya.

“Nggak usah teriak-teriak bisa nggak? Ganggu aja!”

Seperti biasa, ucapan Angkasa selalu pedas dan memancing keributan.

“Kalau ke ganggu, mending keluar aja deh. Itu pintu masih terbuka lebar-lebar,” balas Vino tak kalah sengit.

Angkasa yang semula duduk tenang di sofa pun, kini bangkit berdiri. Menunjukkan gestur seolah menantang pada Vino. “Ayo kalau mau baku hantam!”

Tersenyum remeh, Vino lantas menggulung  lengan bajunya hingga setengah. “Siapa takut. Emang dikira gue takut apa sama modelan bocil kaya lo.”

“Ngaca! Badan lo aja masih kalah sama bocil,” ledeknya.

“Sialan!”

Itu memang benar adanya. Usia Vino memang lebih tua dari Angkasa, Namun soal tinggi badan, Vino kalah jauh. Tetap saja, Vino merasa kesal jika di ledek hal ini.

Sedang, Skala yang sejak tadi hanya menyimak perbincangan sengit mereka berdua hanya bisa memijit pelipisnya pelan. Rasanya begitu pusing melihat perdebatan mereka berdua yang terasa tak berguna sama sekali.

“Gue emang kalah kalau soal tinggi. Tapi kalau duel sama lo. Gue nggak akan kalah.”

“Yaudah ayo, mau di mana?” tantang Angkasa.

Stop bisa nggak, sih? Lo berdua benar-benar buat gue pusing.” Untuk pertama kalinya Skala bersuara setelah sebelumnya hanya terdiam.

“Nggak bisa! Gue harus tunjukin kemampuan gue sama sahabat lo itu!” ketus Angkasa.

Okay, sampai sini Skala merasa was-was dengan Angkasa maupun Vino. Skala tak mungkin membiarkan mereka berduel seperti yang mereka rencanakan saat ini.

“Eh, awas aja kalau lo berdua mau macam-macam apa lagi sampai baku hantam.”

Baik Angkasa maupun Vino tak mendengarkan sama sekali. Mereka justru asik saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain.

“Kita emang mau baku hantam. Dan lo harus jadi saksi.” Vino melirik sebentar pada Skala. “Saksi kemenangan gue,” lanjutnya.

“Gila, PD banget lo. Yang aja justru gue bakal kalahin lo duluan. Lihat aja.”

“Serius deh, kalian berdua jangan aneh-aneh.” Skala masih coba menengahi tapi tetap di hiraukan oleh mereka.

Skala benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Angkasa dan Vino. Ia rasa mereka hanya terlibat percekcokan kecil, tapi mengapa malah semakin menjadi-jadi seperti ini?

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang