58. Sedikit Waktu Lagi?

1.2K 186 35
                                    

Happy reading .....

Bukan ingin menyerah. Terkadang
semuanya hanya membutuhkan
waktu untuk istirahat.



—  L O S E  —



.






.






.






.










Selepas kepergian Angkasa, Skala dan lainnya langsung masuk ke dalam rumah. Vino dan Skala juga langsung masuk ke dalam kamar.

“Capek banget gue,” Keluh Vino yang langsung naik ke atas ranjang. Bersiap untuk tidur.

“Ganti baju dulu lah, Vin. Jorok lo!”

“Bodo amat!” Meski membalasnya, Vino sudah terlanjur berbaring sambil memeluk gulingnya dan membelakangi Skala. Yang terpenting, sahabatnya itu sudah memejamkan kedua matanya.

Jika menjadi dirinya, akan Vino pastikan Skala juga langsung tidur. Menyetir pulang pergi ke Dufan yang jaraknya bisa dibilang lumayan jauh, benar-benar membuatnya letih.

Berakhir, dengan Skala sendiri yang hanya bisa menghela napas pasrah. Ia lantas mengambil jaket Vino yang sempat sahabatnya itu jatuhkan asal di lantai sebelumnya. Dan menaruhnya di atas sofa kecil yang ada di sudut ruangan.

Kini, Skala beralih masuk ke kamar mandi. Sebelum tidur, sepertinya ia akan mandi terlebih dahulu. Badanya terasa lengket dan begitu berkeringat.

Beberapa menit berlalu, Skala keluar dari kamar mandi. Menggosok-gosokkan surainya yang basah dengan handuk. Setelah merasa cukup, Skala lantas meletakkan handuk itu ke tempat semula.

Kemudian ia melangkah mendekat pada ranjang. Namun baru beberapa langkah ia pijaki, Skala berhenti, ia menunduk dengan sebelah tangannya yang mencengkeram erat dadanya yang terasa begitu nyeri.

Skala menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, guna menahan erangannya. Keringat dingin sudah membanjiri wajahnya. “Tuhan, tolong jangan sekarang. Skala tak ingin merepotkan banyak orang yang saat ini sedang beristirahat,” batinnya bersuara.

Sekuat tenaga ia menyeret langkahnya sampai di depan meja nakas. Membuka laci kecil itu dan mengambil botol obatnya dengan tangan yang bergetar. Mencoba menahan botol obat itu namun sia-sia, botol obat itu tergelincir dan tumpah berserakan di lantai.

Bersamaan dengan Skala yang juga tak lagi kuat menahan bobot badanya sendiri. Naasnya, sebelum terjatuh tangan sebelah kanannya tak sengaja menyenggol gelas kaca yang ada di atas nakas. Alhasil, Skala terjauh dengan lengannya yang juga ikut tergores beberapa pecahan kaca itu sendiri.

Prang!

Vino yang awalnya sudah terlelap pun, lantas membuka matanya saat mendengar bunyi nyaring itu. Ia menoleh ke samping dan—

“SKALA!” serunya setengah berteriak. Secepat kita ia bangkit dan turun dari ranjang. Tak lagi memperdulikan rasa pusing di kepalanya akibat tiba-tiba bangkit berdiri. Ia lantas mengangkat kepala Skala ke atas pangkuannya. Menepuk-nepuk pipi Skala lembut dengan sahabatnya itu yang sudah setengah sadar.

“Skala, hey. Lo bisa dengar gue?”

Di ambang sadarnya, Skala mendengarnya, namun untuk menjawab tanya Vino. Skala sudah tak mampu. Ia semakin kesusahan menarik napasnya. Dadanya berdenyut nyeri, sakit sekali.

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang