06. Dia Berubah

1.6K 203 43
                                    

Please, don't be a silent reader.

Happy reading ....

Perubahan itu pasti ada. Namun rasanya tetap
Sama. Sama-sama terasa menyakitkan.

—  L O S E  —

.

.

.

.



“Beneran di sini tempatnya? Lo nggak salah taruh GPS nya, ‘kan?” tanya Vino sambil menatap bangunan bertingkat tinggi di depannya. Apartemen VICTORIA yang namanya terpampang besar di bangunan itu.

Cowok yang diajak bicara oleh Vino hanya menggidikkan bahunya acuh. “Di sana ada dua motor. Gue nggak tahu punyanya Angkasa yang mana. Karena dua motor itu sama persis bedanya Cuma platnya doang. Jadi gue taruh GPS nya disalah satu motor itu.”

Vino memijit pelipisnya pelan, ya Tuhan mengapa ia diberi sahabat seperti Skala yang pikirannya kurang luas ini? Ia sungguh dibuat tak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

Ya, kemarin Skala sempat memasang GPS, pada motor yang diduga milik Angkasa untuk mengetahui di mana dia tinggal. Tentu itu semua bukan ide Skala sendiri, melainkan ide dari Vino.

“Harusnya lo pastiin dulu dong yang mana motor Angkasa. Bisa aja lo salah kemarin taruh GPS nya,” keluhnya.

“Kalaupun salah, itu pasti motornya Kean,” balas Skala dengan percaya dirinya.

“Kean?” ulang Vino.

Skala mengangguk. “Itu cowok yang kemarin sama Angkasa.”

“Yaudah, kita buktiin aja kalau memang Angkasa tinggal di sini.”

Selanjutnya, mereka masuk ke kawasan ini. Vino menghentikan langkahnya ketika sampai di hadapan salah satu satpam yang sedang bertugas di sini, tentu diikuti oleh Skala di belakangnya.

“Pagi, Pak,” sapa Vino sopan.

“Pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya satpam itu.

Karena Vino tahu apartemen ini bukan apartemen sembarangan, jadi jalan satu-satunya ia harus bertanya pada satpam. “Gini, Pak. Saya mau mengunjungi teman saya di sini, namanya Angkasa dia tinggalnya di unit berapa ya, Pak?”

Laki-laki dengan seragam satpam itu terlihat sedang berpikir, sebelum akhirnya ia berkata, “Seingat saya tidak ada nama Angkasa yang tinggal di sini.”

Vino menoleh ke arah Skala, sepertinya memang sahabatnya itu salah memasang GPS.

“Tapi kalau yang baru-baru ini pindah ke sini ada ‘kan Pak?” tanya Vino lagi, sebenarnya ia hanya sekedar memastikan lagi.

“Ada, namanya Mas Nata kemarin baru pindah sama adiknya dan temannya kalau nggak salah.”

Kalau begini pupus sudah harapan Vino, sepertinya memang bukan di sini tempat tinggal Angkasa. Sebelum akhirnya suara yang Skala lontarkan membuat Vino mengernyit heran.

“Iya, itu yang namanya Nata, dia teman kita, Pak.”

“Oh, Mas Nata. Itu pas banget adiknya keluar.”

Kontan saja Skala dan Vino langsung memusatkan pandangannya ke depan. Di sana, sudah ada sosok Sena yang juga sedang menatap mereka dengan pandangan yang sulit terbaca.

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang