40. Rencana Liburan

1.3K 187 40
                                    

Happy reading .....

Ada kalanya, hidup itu harus dinikmati. Bersenang
-senang meninggalkan hari esok yang tak pasti.

—  L O S E  —

.

.

.

.

“Liburan yuk, Sa. Suntuk nih gue.”

Tiba-tiba saja saat Angkasa, Kean, Galen, serta Cio sedang menikmati makan siangnya di kantin, Kean secara spontan mengusulkan sebuah liburan dadakan yang justru diangguki semangat oleh Galen dan Cio.

“Emang mau liburan ke mana coba,” balas Angkasa. Cowok itu kembali menikmati makan siangnya dengan lahap.

“Ke pantai aja gimana? Udah lama gue nggak ngerasain sejuknya pantai.”

Tentu saja itu ide dari Galen yang sekarang tengah menatap tiga pasang mata itu penuh harap.

“Nggak papa juga sih ke pantai,” timpal Kean.

“Gua mah ngikut aja, terserah kalian.” Cio menyerahkan keputusan tempat liburan itu pada mereka sepenuhnya. Alasan simpelnya, tentu Cio ogah pusing memikirkan tempat-tempat destinasi yang menurutnya kebanyakan terlalu membosankan.

Sebenarnya, Cio lebih suka nongkrong di kafe dari pada berlibur ke tempat-tempat jauh yang rasanya seperti sama saja. Tidak ada bedanya sama sekali.

“Tuh, mereka udah setuju, tinggal lo aja ini, Sa,” ucap Galen. Sedang, Angkasa sendiri terlihat tengah berpikir akan hal ini.

Sejujurnya, ia juga perlu liburan. Mengingat, siklus hidupnya yang hampir setiap hari pulang pergi dari rumah ke kampus saja turut membuatnya bosan.

Tapi dari semua hal itu, ada yang lebih penting menurutnya. Ia juga harus memastikan jika sosok itu bisa ia ajak liburan dengan aman dan nyaman. Itu prioritas Angkasa saat ini.

“Gue tanya Skala dulu, deh,” jawab Angkasa akhirnya.

Cowok itu lalu mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Menelfon Skala untuk datang ke kantin saat ini juga dan Galen hanya diam memperhatikan.

Ya, sudah menjadi rahasia umum jika sekarang Angkasa terlihat begitu perhatian pada Skala. Di lain itu, Angkasa juga selalu menjaga Skala dengan ekstra. Sepertinya, Angkasa yang dulu sudah kembali dengan sempurna.

Lima menit berlalu dan Skala beserta Vino akhirnya ikut bergabung ke meja yang mereka duduki. Beserta suara ceria Skala yang pertama kali mereka dengar.

“Jadi kenapa nih, tiba-tiba disuruh kumpul di sini?”

“Jadi gimana? Udah dijelaskan 'kan sama Angkasa tadi?” ucap Galen yang justru malah seperti bertanya baik pada Skala.

Skala pun mengerutkan kening pertanda tak mengerti. “Orang Angkasa cuma nyuruh gue ke sini. Nggak jelasin apa-apa juga.”

“Gimana sih lo, Sa. Gue kira lo udah kasih tahu Skala.”

“Kan lebih enak kasih tahu pas ada orangnya langsung,” bela Angkasa. Ia kini memutar tubuhnya ke samping yang otomatis langsung menghadap pada sang kakak.

“Rencananya kita mau liburan ke pantai. Gimana menurut lo?” tanya Angkasa pada Skala yang membuat kedua mata Skala berbinar.

Hanya mendengar kata liburan dan pantai langsung membuat Skala sebahagia ini. “Beneran mau liburan? Ayo, sekarang apa kapan nih?”

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang