31. Which Should

1.6K 222 89
                                    

Happy reading ..... 

Jika hidupmu saat ini penuh dengan kegelapan,
percayalah bahwa pasti akan ada di mana
kita merasakan bahagia. Karena tidak
ada menunggu yang sia-sia.

—  L O S E  —



.






.







.







.








Memang benar, hidup selalu berputar layaknya jarum jam yang terus berdenting. Tidak peduli pada apa yang telah terjadi, namun sering kali hal itu kadang bisa berbalik mengenai diri sendiri.

Seperti Angkasa saat ini, setiap harinya ia selalu menunggu Skala di parkiran kampus. Berharap sosok itu hadir di tempat ini. Namun sampai saat ini ia belum melihat kehadiran sosok itu. Bahkan mobilnya pun Angkasa tak melihatnya.

Cowok itu menghela napas berkali-kali, berjalan ke tempat parkir tanpa semangat. Namun ketika pandangannya mengedar ke segala arah, kedua mata bulatnya seketika berbinar.

Angkasa menemukannya. Ya, ia menemukan mobil Skala yang terparkir rapi di barisan beberapa mobil-mobil lain di tempat ini. Dengan langkah yang lebar, Angkasa melangkah mendekati mobil tersebut.

Tentu tidak ada Skala di dalam mobil ini. Tapi Angkasa akan menunggu Skala di sini. Tangannya mencoba menggapai pintu mobil, setelahnya Angkasa terkekeh pelan kala menyadari jika mobil ini tidak dikunci, atau memang sebenarnya Skala lupa menguncinya.

Cowok itu lantas mengedarkan pandangannya ke sekitar, menghela napas kemudian. Lalu dua detik setelahnya Angkasa masuk ke dalam mobil tersebut.

Sejenak, Angkasa memejamkan matanya kala rasa takut itu entah mengapa tiba-tiba datang begitu saja. Jantungnya berdegup kencang dengan tubuh yang sedikit bergetar.

Ia mencengkeram lengan bajunya erat-erat. Tidak, ia tak boleh panik. Angkasa harus bisa melawan traumanya sendiri. Ia kembali membuka matanya, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, keringat dingin sudah membanjiri wajahnya.

Ia mengembuskan napas lega kala sedikit demi sedikit ia merasa lebih tenang. Walau rasa takut itu tak bisa hilang begitu saja. Setidaknya, ia harus bisa bertahan sampai Skala datang. Ia harus meluruskan semuanya pada Skala.

Tidak sia-sia, pasalnya 15 menit kemudian, Skala terlihat berjalan ke arah mobilnya. Cowok itu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Rupanya Skala belum menyadari kehadiran Angkasa di sini.

Pun dengan Angkasa yang diam saja sejak tadi. Barulah saat Skala ingin memasang seatbelt, dan menoleh ke samping kiri, ia begitu terkejut saat melihat presisi Angkasa di sini.

“Angkasa?” lirihnya.

“Kenapa? Lo kaget lihat gue ada di sini?” ucapnya dengan setenang mungkin, walau dengan nada yang terdengar bergetar.

Skala tentu tak bodoh untuk menyadari hal ini. Ia tahu, sangat tahu jika dulu Angkasa tak pernah berani walau hanya sekedar masuk ke dalam mobil. Sekalipun mobil itu tidak berjalan.

Lalu saat ini, Skala tahu jika Angkasa pasti tengah merasa ketakutan. Walau adiknya itu tak menunjukkan ekspresi itu sama sekali di hadapannya. Jujur, Skala menjadi khawatir saat ini.

“Keluar dari sini. Gue tahu lo nggak bisa naik mobil.” Skala membukakan pintu mobil yang berada di sebelah Angkasa dengan perasaan khawatir. Namun dengan cepat Angkasa menutupnya kembali berasaman dengan cowok itu yang menggeleng pelan.

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang