49. Kesakitan Yang Tak Kunjung Berlalu

1.4K 197 40
                                    

Happy reading .....

Tentang kenangan masa lalu, sakit itu mungkin
telah berlalu. tapi ingatannya tak akan pernah
pudar, seiring berjalannya sebuah waktu.



—  L O S E  —




.



.




.





.





“J–jangan.”

Angkasa terus memundurkan langkahnya ke belakang. Ia kesulitan mengontrol dirinya sendiri. Apalagi orang itu terus mendekat membuat trauma yang sudah lama hilang itu kembali menguap ke permukaan.

“Bersyukurlah karena saya tidak membunuhmu waktu itu anak manis, atau mau sekarang saja?” ucapnya dengan seringaian di bibir tebalnya.

Angkasa hanya bisa menggeleng, ia panik, ia takut ia ingin berteriak, namun suaranya hanya tertahan di tenggorokan.

“Kenapa diam saja, hm?” Melihat Angkasa yang begitu ketakutan, membuat orang itu begitu bersemangat.

“J-jangan dekat-dekat,” balas Angkasa parau. Napasnya tersengal-sengal. Ia seperti kembali merasakan apa yang dulu orang itu perbuat padanya. Sakit sekali, hingga Angkasa tidak bisa lagi menahan berat badannya.

Cowok itu jatuh meluruh ke bawah dengan kedua telapak tangannya menutupi telinga.

“ANGKASA!”

Pyar!

Alvin yang melihat Angkasa pun tak sengaja menjatuhkan mangkuk berisi mie yang baru saja ia buat. Ia lalu berlari tergesa menuju Angkasa berada. Bahkan ia sampai tak sadar jika di sini ada ayah kandungnya juga.

“Angkasa, hey lo kenapa?” tanyanya panik.

Bukannya membaik. Angkasa justru menepis kasar tangan Alvin yang hendak memegang pundaknya. Suara pecahan mangkuk itu nyatanya semakin memperparah trauma Angkasa. Suara itu terus terulang di telinganya hingga menimbulkan dengung menyakitkan di telinga Angkasa.

“Angkasa— ”

Arghhhhh, pergi, jangan dekat-dekat. J‐jangan bunuh gue.”

Alvin tak paham, benar-benar tak paham mengapa Angkasa bisa sampai ketakutan dan kesakitan seperti ini. Alvin kemudian menoleh ke sembarang arah dan tak sengaja tatapan mata elangnya bertemu dengan mata hitam sang ayah. Dengan Hendra yang saat ini justru mengulas sebuah senyum untuknya.

Tunggu, ayahnya ada di sini? Pandangannya kembali menatap ke arah Angkasa yang masih begitu ketakutan dengan wajahnya yang memucat.

Sudah dua kali hal seperti ini terjadi di depan matanya. Alvin kemudian bangkit berdiri. “Ayah kenapa ke sini?” tanyanya tanpa basa badi sedikitpun.

“Apalagi kalau bukan mau ketemu sama kamu.”

“Aku minta sekarang Ayah pergi dari sini,” ucapnya penuh dengan penekanan.

“Alvin, ayah baru sampai, kenapa kamu terkesan mengusir ayah seperti ini.” Hendra tentu tak terima.

“Ini bukan suatu yang kebetulan. Udah dua kali Alvin lihat Angkasa ketakutan setiap kali ada ayah. Apa yang udah Ayah lakuin ke Angkasa?” Alvin melirik lagi ke belakang.

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang