Please, don't be a silent reader.
Happy reading ....
Soal kepercayaan, itu tidak akan berubah,
kecuali mereka yang menghancurkannya
terlebih dulu.— L O S E —
.
.
.
.
Semua orang pasti mempunyai masa lalu, entah itu hal baik atau hal buruk sekalipun. Namun, hidup akan terus berjalan lurus ke depan, tidak bisa mengulang kembali ke belakang. Karena pada akhirnya, yang lalu, hanya akan menjadi kisah masa lalu.
Seperti halnya Sena, untuk kesekian kalinya ia terbangun di ruangan serba putih ini. Mata bulatnya menatap lamat-lamat plafon berwarna putih pucat di atasnya. Sedikit berbayang, namun setelah ia mengerjapkan matanya berkali-kali, barulah penglihatnya terlihat jelas.
Kemudian, satu tangannya yang terbebas dari infus memijit pelan kepalanya yang masih terasa berdenyut. Rasa pusing sekaligus lemas itu yang pertama Sena rasakan saat terbangun dari pingsannya.
“Sen, lo udah bangun, ada yang sakit? Mau gue panggilin dokter?” Kean menutup pintu kamar mandi, lalu dengan cepat melangkah ke ranjang yang sahabatnya tempati dengan cepat saat tahu jika Sena telah siuman.
Cowok itu hanya berkedip lemah dan menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan yang Kean lontarkan.
“Mau minum?” Lagi, sambil mendudukkan dirinya di kursi yang berada di sebelah ranjang, Kean kembali bertanya pada Sena.
“Nata .... ”
Bukannya menjawab kalimat sahabatnya itu lontarkan, Sena justru menanyakan keberadaan Nata yang tak terlihat di sini. Karena biasanya, Nata akan selalu menemaninya dan tak pernah pergi. Bukan seperti kali ini saat terbangun, Sena justru tak menemukan keberadaan Nata.
Kean menghela napas, selalu seperti ini Sena selalu bergantung pada Nata. “Nata lagi ke kantin beli makanan, mau gue telfon biar cepat ke sini?”
Ya, dan Sena mengangguk mengiyakan.
Sebenarnya, itu hanya alibi Kean. Karena setelah mengusir cowok itu, ia tak tahu ke mana Nata pergi atau di mana keberadaannya. Karena ia tak mungkin bicara yang sejujurnya pada Sena, lantas Kean mengarang cerita seperti itu.
Berkali-kali Kean menelfon Nata, namun tidak diangkat. Atau barangkali dia masih kesal karena telah Kean usir. Akhirnya, Kean hanya mengirim chat pada Nata untuk segera ke ruang rawat Sena.
Cowok itu meletakkan ponselnya di atas nakas. “Nggak diangkat sama Nata. Tapi udah gue chat.”
“Coba telfon pakai ponsel gue.”
Ya, seharusnya Kean sudah hafal dengan tabiat sahabatnya yang harus ada Nata di sisihnya ketika dia sakit. Kean tidak tahu mengapa Sena sangat terobsesi akan kehadiran Nata. Namun sedari dulu, hanya satu yang Kean tangkap, Sena takut saat membuka matanya dan tidak ada Nata di dekatnya.
Hal itu sebenarnya wajar, mengingat Sena yang sulit percaya pada orang lain. Hanya Nata yang Sena percaya seratus persen.
Kean lalu menelfon Nata menggunakan ponsel milik Sena, dan benar saja hanya dalam hitungan detik, Nata sudah mengangkat panggilan itu.
“Nat, Sena minta lo cepat balik ke sini. Sena udah sadar.”
Pip
Tak lama setelah itu, panggilan telfonnya langsung di putus sepihak oleh Nata hingga menyisakan Kean yang mendengkus kesal setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L O S E
FanfictionSEQUEL STORY "NOT YOU || BROTHERSHIP" Disarankan membaca story NOT YOU terlebih dahulu, agar tahu jalan cerita (story) ini. *** Mereka hanya setitik cahaya yang menginginkan bahagia. Mereka juga setumpuk luka yang ingin menemukan obatnya. *** "Lih...